Selasa, 27 Oktober 2015

PERAN WANITA MENDUNIA

            Rahmah Yunusiah dilahirkan di Padang Panjang, Sumatra Barat, pada 29 Desember 1900 dan wafat pada 26 Februari 1969. Rahmah berasal dari keluarga terpandang dan religius. Ia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara pasangan Syekh Muhammad Yunus dan Rafi'ah. Ayahnya Syekh  Muhammad  Yunus adalah seorang ulama besar di zamannya. Syekh Muhammad Yunus  (1846-1906 M)  menjabat  sebagai  seorang Qadli di negeri Pandai Sikat dan pimpinan Tarekat Naqsabandiyah al-Khalidiyah. Selain  itu Syekh Muhammad Yunus juga ahli ilmu falak dan hisab. Ia pernah menuntut ilmu di tanah suci Mekkah selama 4 tahun. Kakeknya ialah Syeikh Imaduddin, tokoh tarekat Naqsabandiyyah di Minangkabau. Ulama yang masih ada garis keturunan dengan pembaharu Islam yang juga tokoh Paderi, Tuanku Nan Pulang di Rao. Adapun  ibunda  Rahmah  el-Yunusiyah yang  biasa disebut Ummi Rafi’ah,  nenek  moyangnya  berasal  dari negeri Langkat, Bukittinggi Kabupaten Agam dan pindah ke bukit Surungan Padang Panjang pada abad XVIII M yang lalu. Ummi Rafi’ah masih berdarah keturunan ulama, empat tingkat diatasnya masih ada hubungan dengan mamak Haji Miskin, sang pembaharu gerakan Paderi. Ummi  Rafi’ah  yang  bersuku  Sikumbang  adalah anak  keempat  dari  lima  bersaudara. Ia menikah dengan Syekh Muhammad Yunus  saat  berusia  16 tahun, sedangkan  Syekh  Muhammad  Yunus berusia 42 tahun.
Rahmah el-Yunusiyah tidak mendapatkan pendidikan formal yang memadai. Ia hanya sempat menempuh sekolah dasar selama 3 tahun. kemampuan Rahmah dalam baca-tulis Arab dan Latin diperoleh rahmah dari kedua kakaknya, Zaenuddin Labay dan Muhammad Rasyid. Namun, perannya sebagai tokoh pembaharu pendidikan Islam bagi perempuan di Minangkabau terbukti mampu meningkatkan kualitas dan memperbaiki kedudukan perempuan islam di masanya, didasarkan pada kemampuannya menciptakan pendidikan modern menurut modelnya sendiri, yang disesuaikan dengan kebutuhan kaum perempuan saat itu. Kecerdasan Rahmah yang mendorong ia berpikir kritis, tidak lekas puas dan selalu mencari hal-hal baru dalam hidupnya. Rahmah bercita-cita membangun sekolah khusus kaum perempuan. Hal ini dilatarbelakangi dari kesadaran akan adanya ketimpangan sosial dan ketidakadilan yang dialami kaumnya di masa itu. Dia melihat kaumnya jauh tertinggal dari laki-laki, mereka berada dalam kebodohan, ketertinggalan dan kepasrahan pada keadaan. Sehingga, generalisasi masyarakat pada umumnya menganggap bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan terbatas. Sedangkan Rahmah memiliki pandangan yang berbeda, baginya perempuan memiliki peran penting dalam kehidupan. Perempuan adalah pendidik anak yang mengendalikan jalur kehidupan mereka selanjutnya.
Nama Rahmah el Yunusiah mungkin saja tidak setenar dengan nama R.A. Kartini, namun di dunia pendidikan Islam nama ini adalah nama yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Pemikiran Rahmah pada saat itu, di era sekarang ini dapat digolongkan sebagai pemikiran yang berkemajuan. Rahmah bangkit membangun Diniyah Putri karena kegelisahannya melihat perlakuan kepada kaum perempuan. Kata-kata Rahmah sederhana namun sangat berarti yaitu perempuan adalah pendidik anak yang mengendalikan jalur kehidupan mereka selanjutnya. Mendidik perempuan sama saja membangun negeri, madrasah pertama bagi seorang anak adalah ibu. Rahmah mendapat gelar Syaikhah dari Universitas Al-Azzhar Cairo dan menjadi inspirasi bagi Syekh Abdurrahman dari University of Cairo untuk membuat sarana pendidikan bagi perempuan di Mesir. Tokoh-tokoh wanita seperti Rahmah el-Yunusiah, R.A.Kartini, Dewi Sartika dan tokoh wanita Indonesia lainnya, merupakan bukti dari peran wanita yang mendunia, tidak hanya di satu Negara namun hampir seluruh dunia mengetahui mereka dan menginspirasi mereka.

Oleh : Immawati Ade Rachma Amalia (IMM FAI)

Kutipan :

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar anda. Bebas, tapi dilarang yang mengandung SARA.
Fastabiqul Khoirot