Assalamu’alaikum Wr. Wb…
Bersama ini
akan kita bicarakan sebuah kebiasaan masing-masing manusia Jaman edan ini untuk
kita refleksikan menjadi atribut kesesuaian nantinya. Apakah ini sesuai dengan
yang kita alami ataukah memang hanya wacana abstraksi ataukah perbincangan riil
yang telah melanda.
Kalo di IMM punya tri kompetensi
dasar yaitu …., …., …. Masa saya sebutkan disini. Antum kan udah tahu semua.
Tapi maaf ini bukan tri kompetensi dasar IMM yang dimaksud melainkan tri
kompetensi dasar sikap mengolah gaya hidup seseorang.
Kenapa kita bicarakan hal ini???.
Yang pasti kita adalah manusia yang masih hidup! Masak orang sudah mati kita
diskusikan tentang ini..hehe..nah orang hidup itu ngapain kerjaanya? Tidur,
makan, ngobrol, shoping, ngelawak dan lainya. Iya kan betul? Masak saya salah,
wong saya masih hidup kok. Hal inilah yang nanti kita bicarakan, ada apa dengan
orang hidup itu. Selanjutnya anda cermati, bisa ndak anda membedakan hidupnya
Si A dan B Si X dan Y si dia dan mereka?? Pasti bisa kan. Nah ini itu dia yang
dimaksud. Kenapa kok kita bisa membedakan itu? Karena orang itu punya yang
namanya “gaya hidup”. Inilah yang bisa membedakan, dan ini bisa melanda bukan Cuma
individu saja tapi kolektif. Misal, ketika kita di mall atau alun-alun selatan
kalo malem, ato di kopi jos kalo malem minggu..kita saksikan bukan Cuma SATU
orang saja yang tingkahnya sama tapi Buuanyak yang tingkahnya sama. Kita
lanjutkan lagi….
Tingkah mereka cenderung sama.
Kenapa hayoo? Apakah mereka bersaudara? Satu sekolahan? Satu Pekerjaan? Saya
katakan TIDAK. Karena mereka dalam satu ERA. Ya betul era masa kini. Gaya hidup
ternyata ada karena munculnya Era. Saya juga baru nyadar ini….tapi satu hal, Era
bukan sebuah yang kepastian gaya hidup tapi pilihan gaya hidup. Okelah anda
sekarang punyaa gaya hidup yang seolah-olah masa kini, okelah anda ingin gaya
hidup yang ndak mau ketinggalan zaman tapi anda tidak bisa ngikut aja tapi anda
itu memilih gaya hidup. Nah sikap memilih ini yang ternyata orang juga beda
beda. Saya dan anda mungkin sama satu kelas tapi bisa juga saya berbeda memilih
gaya hidup. Itu maksudnya…maaf kalo njlimet.
Life style atau gaya hidup merupakan
salah satu cara bersikap yang dipakai oleh orang tertentu ketika ia mau tampil
layak dan aktual di hadapan orang lain (ngutip dari kata2nya mas Mudji Sutrisno
dalam buku Ruang Publik). nah kan, memang kok, ketika mau tampil ke orang lain,
orang itu punya style masing masing terlebih lagi ketika mau ngapelin kekasih.
Ups……benarrrrr…
Kembali ke Era tadi, bagaimana
kaitanya dengaan gaya hidup? Sebelumnya tak sebut sajalah dari tadi Era itu
apa..maksudnya adalah Era Modern (nyebut merk kan akhirnya), di Era Modern ini
bener bener aneh ni hidup. Kita hidup dimana sekarang? Dunia? Ya benar
lah…maksudnya wilayahnya, kan kita hidup di Indonesia, tapi kok kayaknya
Amerika itu deket banget sama kita padahal Negara tetangga kita kan Malaysia.
Apa mungkin Amerika udah gak betah disanaa terus pindah kesini ya? Mbuh laah.
Terus kayaknya orang jepang dan korrea itu sipit sipt dan putih putih, tapi kok
sekarang banyak orang jepang dan korea yang kulitnya sawo matang ya? Bahkan ada
yang item kayak saya..haha ra urusanlah tapi kenyataanya gitu je…piye urip
iki..
Ada lagi ni istilah trend, mode
dan lain sebagainya. Sok-sokan banget yakin orang sekarang itu. Mau kayak artis
tapi malah jadi norak, mau kayak bintang sepak bola tapi muka pas-pasan. Haduh
itu baru dua contoh bung, saya gak tega kalo nyebutin semuanya. Bisa bisa saya
makan ati makan usus makan ceker (emang di Angkringan). Nah itulah sebuah trend
dan mode, khusus lagi trend dan mode Era Modern unit wilayah Indonesia. Kenapa Indonesia?,
karena saya masih belum keluar negeri. Hehe…
Terkait itu semua, sebenarnya
kenapa kok dari tadi nyindir nyindir mulu masalah trend dan mode
(ups anda termasuk kah???) kok kayakya bumi ini dipenuhi orang2 seperti itu, benarkah? Ya gak semuanya juga kok santé aja.
Masih ada kok yang ke masjid pake sarung, ke pengajian pake peci, guru TPA pada
pake Jilbab, ke kondangan pake batik, masih ada semua itu. Nah ini termasuk
orang-orang yang tetap eksis di tengah modern. Saya lebih menghargai orang yang
kayak gini. Terlihat lebih santé, rileks, elegant, rupawan dan rupawati. Dari
pada yang “itu” keliatan tegang dan menegangkan, aneh bin ajaib, dan satu lagi
…..(pikir sendiri aja).
Paragraph diatas ini. Kok bisa
terjadi seperti itu? Karena tadi saya katakan ini pilihan bukan kepastian.
Makanya ada berbagai macam sikap menghadapi sebuah trend dan mode itu. Mulai ni
kita masuk pada Tri Kompetensi sikap mengolah gaya hidup seseorang. Ini saya
tahu dari Mas Mudji Sutrisno dari buku berjudul Ruang Publik. apa tri
kompetensi itu? Mariiii :
Sikap Selektivitas, apa maksudnya? Jadi dalam kompetensi ini orang itu berpendirian
terhadap arus mode yang ada dan hanya memilih yang baik, cocok dengan
kepribadianya. Seleksi pertimbanganya adalah pribadinya yang cerdas dan
nuraninya dalam tampil terhormat dan berharkat.
Misalnya kalo ada orang bepergian ke mall tetep dengan pakaian
ketika dia pergi menghadiri pengajian. Brani gak kayak gituuu? Hehe saya juga
masih mikir ko, tapi berusaha dengan semaksimal mungkin. Nah yang pasti pada
kompetensi ini adalah Ikhitiar. Memilih yang paling baik diantara yang baik,
jadi apatis donk sama yang jelek? Iya apatis karena ndak ingin mengikuti arus
yang tidak bermanfaat menurut dirinya. Tapi pertanyaanya, ngapain orang tadi ke
mall? Ah gak tau ah,,,
Sikap Adaptasi, di sini berarti menyesuaikan terus-menerus dengan tawaran-tawaran
ide dan citra modis dan pria tampan atau perempuan cantik yang sebagian
disesuaikan kondisi diri orang itu, keluarganya dalam kondisi ekonomi, sosial
dan cultural.
Misalnya komunitas Pria Metroseksual yang sukanya padikur madikur
dimana-mana dan komunitas Hijaber. Itu dia sekarang yang merambat ke habitat
orang jaman sekarang. Ada juga ya kan yang seperti ini,,,saya juga turut
apresiasi aja dah yang penting dapat membuat orang lebih cantik dan tampan.
Aminnnn…
Sikap Imitasi, Nahhh ini dia sikap yang “istimewa”, iya kah? Iya benar ini sikap yang “istimewa” yang
melanda manusia jaman edan ini. Kok bisa ya, ternyata pengertian sikap imitasi
disini adalah sikap atau gaya hidup yang menirukan, membuat citra diri seseorang
tiap kali di Imitasikan dengan tokoh publik, binatang (ups salah maksudnya
BINTANG) atau arus mode dan gaya paling mutakhir lalu dilahap dan ditirulah
setotal-totalnya.
Pada sikap ketiga inilah kebanyakan orang dengan meniru gaya hidup
idolanya atau kelas glamor idola dengan kesamaan makanan, gaya pakaian, gaya
rambut bahkan seg-segi yang secara sengaja ditawarkan oleh pasar iklan sebagai
pencipta citra atau trend setter diambil dan di pakai sebagai cara hidup
dan bergaya dalam hidup. (mas Mudji)
Ketika penentu gaya hidup yang dominan adalah pasar dengan iklan
dan nilai konsumsi yang dipompa terus menerus untuk membeli yang baru, terus
tampil modern, berakibat konsumtifnya gaya hidup karena penampilan dibayar amat
mahal dengan membeli terus menerus mode pakaian terbaru, peralatan kecantikan
terbaru, mobil dan aksesori untuk tampil elegan pada hal jati diri penampilan
yang sebenarnya tetaplah dari jiwa yang dewasa dan kecantikan dari dalam
kepribadian seseorang ( kutipan Ann Brydon dan Sandra Niessen dalam Consuming
Fashion)
Ketika orang tidak merasa berharga dan tidak merasa percaya diri
sebelum makan McDonald, minum Cocacola, Ngudut Dunhil Hijau Berfilter,
BerParfum Dior, berbedak Awu eh bukan dink (pokoke sing paling larang)
disitulah hidup yang dicitrakan oleh pasar konsumsi produk iklan benar-benar
dihayati dalam sikap imitasi yang mengikuti gaya hidup tanpa sikap seleksi yang
cerdas. (Mas Mudji)
Gejala seperti inilah yang menunjukan bahwa sikap imitasi dalam
gaya hidup sudah menuju lampu merah peringatanan pentingnya penanaman sikap
percaya diri melakukan seleksi dengan budi untuk tampil dari kecantikan dan
ketampanan dalam atau jiwa pribadi. (mas Mudji)
Nah, istimewa kan kompetensi ini….kenapa coba? Karena penjelasanya
paling panjang,,huhu
Disinilah letak seaneh-anehnya perilaku manusia, dan yang pasti
dalam kompetensi ini adalah anda sudah “TERKONTAMINASI”
Yah begitulah orang-orang dengan
kompetensi gaya hidup yang dimilikinya sekarang ini, dan terima kasih kalau
misalnya setelah ini anda memilih salah satu dari tiga kompetensi ini. Santé
saja ini pilihan kok, dan anda akan tahu dimana anda berpijak dari salah satu
ketiga kompetensi tersebut. Namun saya berharap kalo kita semua memilih sikap
seleksi dan tidak milih adaptasi dan Imitasi. Oh ya Imitasi mangnya apa coba
artinya?...betul sekali artinya adalah Peniruan, Pemalsuan, Tiruan (ngutip
Kamus ilmiah yang warna kuning itu).
Besar harapan kalau kita semua bisa
untuk menghadapi serbuan iklan yang melanda karena itu merangsang NAFSU BIRAHI
anda dalam menyikapi apa yang menjadi realitas bagi anda. Sudahlah ngapain kita
bicara wesyaah wesyeeh bahasa korea bahasa jepang tapi gak mau belajar
grammernya. Pake rambut gaya artis idolamu, ngarep sekali pengen punya wajah,
tangan, sikil kayak idolamu. Sudahlah kasian anda, pake bedak mahal, pake
parfum mahal, pake itu pake ini yang sebenarnya membuat anda tidak lebih tampan
dan lebih cantik,,haha prok prok prok (malah nggodain,,huhu)
Terakhir, coba anda nasehati orang
yang punya sikap Imitasi kebablasan. Coba nasehati mereka dengan penuh argument
dan semangat dan setelah itu pula anda akan ditanya balik : “memangnya
kenapa kalo saya seperti ini! Memangnya kenapa Kalo saya make ini make
itu!memangnya kenapa kalo saya pengen jadi …. Pengen jadi …… pengen jadi……!!!!
MASALAH BUAT LUUUWWW”!!!!!
Haha… Hayoooo gimana coba kalo responya kayak gitu,,wah wah kalo
sudah kayak gitu silahkan jawab sendiri-sendiri yak.….
Sekian terima kasih dan BONGKAR KEBIASAAN BARU!!!
wa'alaikumsalam wr. wb
By. Sulistiyono S.A (Pai Umy 2010)