Memikirkan masalah konsumerisme di Indonesia yang kita bisa lihat sangat "marak", Memang apa sih Konsumerisme..?
Lihat Tulisan ini
Lihat Tulisan ini
A. Pengertian
Banyak buku atau situs-situs di
internet yang memberikan definisi tentang konsumerisme baik dari pengertian
yang sederhana hingga pengertian yang rumit sekalipun. Di dalam kamus ilmiah
populer misalnya, konsumerisme yaitu menjadikan
barang sebagai ukuran kebahagiaan hidup.[i]
Dari definisi sederhana diatas bisa
diambil kesimpulan bahwa puncak kebahagiaan seseorang itu diukur dari kepuasan
seseorang dalam memenuhi apa yang dia inginkan tanpa melihat kebutuhan dasar
dengan menumpuk-numpuk barang konsumsi dalam jumlah besar, yang kemudian
istilah ini sering dikaitkan dengan kritik konsumsi oleh Thorstein Veblen.[ii] Dan diperjelas oleh Baudrillard (dalam
poster, 1988: 29) yang mengikuti Thorstein Veblen, bahwa kita telah menjadi
masyarakat yang disifati oleh “konsumsi dan kekayaan yang berlebihan”.
Penjelasan diatas cukup memberikan tambahan pemahaman kita tentang paham
konsumerisme.
Hidup manusia adalah proses konsumsi,
yakni masyarakat konsumen, artinya dimana segala sesuatu dijual, dipertukarkan
untuk hanya sekedar memenuhi hasrat ingin memiliki suatu barang, tidak
terkecuali objek, pelayanan, tubuh, seks, kultur, ilmu pengetahuan dan
sebagainya, sebagaimana yang djelaskan oleh Baudrillard (1972/ 1981: 147-148)
yang dikutip oleh Ritzer (2003: 144).
B.
Latar Belakang
Sejarah awal mula munculnya paham
konsumerisme tidak lepas dari perjalanan paham kapitalisme hingga era
globalisasi yang merebah dikehidupan kita berabad-abad tahun yang lalu hingga
adanya dampak dari globalisasi itu
sendiri yang ada hingga saat ini. Dan penulis akan berusaha memaparkan
pemahaman tentang latar belakang sejarah adanya paham komsumerisme yang melanda
di negara kita juga yakni indonesia.
Belajar tentang kapitalisme, tujuan
ekspansi kapitalisme global oleh negara-negara maju adalah terjadinya
globalisasi, yakni para kapitalis (negara-negara maju) menuntut agar segala
urusan tata perekonomian seluruh dunia diserahkan kepada mekanisme pasar bebas.
Sebagaimana paham kapitalismne[iii]
yang sudah kita pelajari, yang mana pelaku kapitalisme adalah negara-negara
yang mempunyai modal yakni yang termasuk dalam negara-negara maju. Dari sinilah
muncul sistem penjajahan baru untuk menaklukkan negara-negara dunia ketiga yang
baru merdeka seperti indonesia. (Samekto, 2005: 38).
Dalam sebuah situs d internet yang
memberikan keterangan bahwa konsumerisme memilikin hubungan yang lemah dengan
dunia barat. Namun sebenaranya konsumerisme merupakan fenomena internasional,
yang mana orang-orang melakukan pembelian dan mengonsumsi barang lebih dari
kebutuhan dasar mereka, dan juga diterangkan bahwa kegiatan konsumsi seperti
ini sudah ada pada peradaban pertama, seperti mesir kuno, babilonia, dan romawi
kuno. (Wikipedia, the free encyclopedia)
Setelah perang dunia II, negar utama
yangbterlibat yaitu eropa barat, dari dampak perang ini terjadilah kesulitan
dalam ekonomi sebagai akibat tingginya biaya perang. Untuk memulihkan kembali
kondisi akibat perang maka negar-negaraberopa barat dan amerika serikat
melakukan konsolidasi.[iv] Hasil konsolidasi itu adalah adanya
perunbahan hubungan antar negara dalam bidang sosial, ekonomi dan politik.
Dominasi kapitalisme tidak lagi diwujudkan dalam penjajahan fisik, tetapi
diwujudkan dalam penjajahan non fisik. Sebagai contoh dibidang ekonomi
dibentuknya lembaga-lembaga ekonomi yang pada hakikatnmya akan mengenmdalikan
negara-negara yang baru merdeka, seperti lembaga ekonomi berikut: world bank
yang dibentuk pada tahun 1946, international monetary find (IMF) dibentuk pada
tahun 1947, general agreement tariff and trade (GATT) dibentuk pada tahun 1947.
(Hasyim Wahid, yang dikutip oleh Samekto, 2005:53-54).
Mengenai pengertian modernisasi, atau
yang disebut dengan teori pembangunan, teori ini adalah salah satu perkembangan
dari teori sosial yang dikembangkan di amerika serikat sejak tahu 1948,[v]
kemudian di kembangkan di negara-negara
berkembang atau negara ketiga.[vi]
Samekto (2005: 56) ‘’Dalam konteks modernisasi, Fred W.Riggs menyatakan bahwa
penggunaan cara-cara budaya barat maupuin pemasukan barang-barang materi barat merupakan
dari proses modernisasi. Dan Fred W.riggs menyebutkan bahwa proses modernisasi
sebagai proses Westernisasi, dengan komponen-komponennya yang terdiri dari industrialisasi, demokrasi scientism, dan
ekonomi pasar.
Keuntungan yang besar bagi negara
kapitalis yang mana menyebarkan teori modernisasi yang akhirnya berakibat pada
paham konsumerisme bagi negara-negara berkembang sebagai obyek kegiatan
modernisasi (perkembangan konsumerisme). Ini menyebabkan terbukanya peluang
bagi negara-negara kapitalis untuk mengembangkan usaha di negara-negara dunia
ketiga melalui perusahaan multinasional. Perusahaan-perusahaan ini kemudian
eksploitasi sumber daya alam di negara-negara tersebut (Samekto, 2005: 69).
Pada abad ke-19 revolusi industri fokus
pada sektor barang modal dan infrastruktur industri (misalnya pertambangan,
baja, minyak, jaringan transportasi, jaringan komunikasi, kota industri,
pusat-pusat keuangan dll).Ryan di Ritzer 2007, hal 701. Wikipedia).
Revolusi
industri menciptakan situasi ekonomi yang tidak biasa. Untuk pertama kalinya
dalam sejarah produk yang tersedia dalam jumlah yang luar biasa, dengan harga
luar biasa rendah, yang dengan demikian tersedia untuk hampir semua orang yang
membutuhkan. ‘’Maka dimulailah era konsumsi massa, era hanya konsep
konsumerisme berlaku’’(Wikipedi, the free encyclopedia).
Menurut Featherstone (1991) yang
dikutip oleh Ritzer (2003: 372), menyatakan bahwa masyarakat konsumerisme
adalah sebuah masyarakat postmodern.[vii] Yang mana masyarakat modernisasi oleh
para kapitalis sebagai pengembangan teori sosial yang telah dijelaskan di atas.
Seperti yang telah kita ketahui masyarakat kapitalis telah mengalami pergeseran
perhatian dari produksi ke konsumen.
Para kapitalis sangat bergangtung pada
konsumen untuk menjaga operasi ekonomi pada tingkat pertumbuhan yang tinngi,
kapitalis adalah kekuatan utama bagi penemuan alat konsumsi baru yang ada,
seperti kartu kredit, shopping mall, jaringan tv shopping, katalog-katalog dll.
Dikatakan bahwa jika masyarakat postmodern adalah masyarakat konsumsi maka alat
konsumsi baru tersebut adalah elemen kunci dunia postmodern (Ritzer, 2003:
374). Para kapitalis memiliki banyak ide untuk memanipulasi segala sesuatu
untuk mencapai tujuan mereka yaitu keuntungan sendiri. Pelaku konsumen lah yang
menjadi obyek praktek mereka. Mereka menjajah negara-negara dunia ketiga dengan
kerjasama yang sebenarnya memberikan keuntungan yang besar bagi kapitalis dan
sebaliknya akan menjadi kerugian bagi negar-negara berkembang seperti
indonesia.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas
bebrapa alata konsumsi yang sudah diciptakan oleh para kapitalis mempunyai
funsi yang ramah baik terhadap pelaku konsumennya ataupun terhadap lingkungan
sendiri, karena memang alat-alat
konsumsi tersebut mudah digunakan dan cepat tanpa merepotka penggunanya, namun
tanpa disadari oleh para pelaku konsumen diantaranya kita sendiri alat-alat
konsumsi tersebut akan berakibat negatif. Kita merasa dengan kartu kredit mampu
membeli apa yang kita inginkan tanpa memperhatikan kebutuhan dasar kita. Dengan
uang yang banyak kita bisa shopping atau belanja segalanya tanpa melihat
kembali kebutuhan kita sebenarnya. Hanya kata boros yang akan menjadi bagian
perjalana hidup kita jika para konsumerisme tidak menyadari adanya penjajahan
kapitalisme yang dilakukan dinegara kita dan kita lah korban penjajahan itu.
Bagi orang awam, dunia konsumsi adalah
dunia kebebasan. Namun tidak sebabas apa yang kita fikirkan, karena kebebasan
itu dibatasi oleh kesamaan yang terjadi di lingkungan kita. Akan banyak
persamaan yang kita temukan dalam suatu kelompok drai kegiatan konsumsi ini.
(Ritzer, 2003:138).
C. Pemikiran atau Tokoh
ü Jane Baudrillard (dalam poster, 1988:
46) kegiatan konsumsi adalah kegiatan komunikasi. Yang mana ketika kita
mengonsumsi sesuatau berarti kita mengkomunikasikan pada orang lewat perbedaan
tanda/ objek. Orang tau kenapa kita lebih memilih beli BMW dari pada Hyundai
(Ritzer, 2003: 140).
Kita tidak membeli apa yang kita
butuhkan tetapi membeli apa yang kode sampaikan kepada kita tentang apa yang
seharusnya dibeli.
ü George Rotzer (Teori Sosial Postmodern,
2003: 138) Dunia konsumsi adalah sebuah kebebasan bagi orang awam, yang mana
dengan uang ataupun bahkan kartu kredityang lebih familiar sekarang ini kita
bebas membeli atau memiliki segala sesuatu yang kita suka dan kita inginkan
tanpa melihat kenbutuhan dasar.
ü Pada
tahun 1955, ekonom
Victor Lebow menyatakan: Tuntutan
ekonomi sangat produktif kami bahwa kami membuat konsumsi cara kita hidup,
bahwa kita mengubah pembelian dan penggunaan barang ke dalam ritual, bahwa kita
mencari kepuasan spiritual kita dan kepuasan konsumsi ego kita. Kita perlu
hal-hal yang dikonsumsi, dibakar, dikenakan keluar, diganti dan dibuang pada
tingkat yang semakin meningkat.[viii]
D. Konsumerisme di Indonesia
Pembangunan di Indonesia
khususnya sejak era Orde Baru yang memanfaatkan teknologi Barat dan modal asing
telah melahirkan nilai-nilai baru dalam masyarakat yang menggeser kebudayaan
tradisional. Seiring dengan adanya pergeseran nilai, konsumerisme juga menjalar
kemana-mana, baik di kota-kota besar maupun pedesaan di Indonesia. Kesimpulan
tulisan ini membuktikan bahwa dengan modernisasi yang menggunakan teknologi
Barat serta masuknya modal asing, kita tidak dapat mencegah masuknya kebudayaan
asing yang perlahan-lahan menyisihkan kebudayaan tradisional serta dilengkapi
dengan timbulnya konsumerisme.[ix]
Indonesia, sebagai
negara dunia ketiga atau negara berkembang (negara miskin) menjadi mangsa yang
empuk bagi para kapitalis dalam mengembangkan teori modernismenya yang berujung
pada perilaku konsumen (paham konsumerisme). Indonesia memang tidak mampu
bersaing sendiri dari segi ekonomi dengan negara-negara maju, maka disnilah
keuntungan negara-negara kapitalis atau negara-negara maju untung mengeruk
keuntungan sebesar-besarnya.
Banyak gedung
sebagai pusat belanja, mall-mall, kartu kredit yang memberikan banyak pilihan
dan kemudahan, membuat masyarakat indonesia sebagai masyarakat konsumeris lupa
akan jati diri sesunggunhya, mereka lupa bahwa semua itu hanyalah rekayasa yang
dibuat oleh oleh para kapitalis untuk mencapai cita-cita mereka yakni
menaklukkan dunia dengan sistem modernisasi seperti sekarang ini melalui proses
globalisasi.
Arus konsumerisme yang
melanda negara-negara berkembang seperti Indonesia mengkondisikan masyarakatnya
untuk hidup boros. Oleh karena itu, saatnya mengobarkan perang melawan
konsumerisme. Perang di sini diartikan dengan sikap kritis praktik konsumtif
selama ini, komitmen untuk tidak hidup boros, melakukan skala prioritas
kebutuhan, tidak hanyut oleh iming-iming iklan, dan meningkatkan produktivitas
sendiri. Jangan biarkan, bangsa ini seperti yang digambarkan sastrawan
Pramoedya Ananta Toer, sebagai negara kaya tapi suka mengemis. Sudah mengemis,
hidup boros lagi. Suatu yang ironis.[x]
D. Kritik
konsumerisme sering menunjukkan bahwa masyarakat konsumeris lebih rentan
terhadap kerusakan lingkungan, berkontribusi
terhadap pemanasan global dan
menggunakan sumber daya pada tingkat
yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat
lain . Dr Jorge Majfud mengatakan bahwa "Mencoba untuk mengurangi pencemaran lingkungan tanpa mengurangi konsumerisme adalah seperti memerangi perdagangan obat
tanpa mengurangi kecanduan
narkoba. "[xi]
Tidak
semua anti-konsumeris menentang konsumsi dalam dirinya sendiri, tetapi mereka
menentang meningkatkan konsumsi sumber daya melampaui apa yang lingkungan
berkelanjutan. Jonathan Porritt
menulis bahwa konsumen sering tidak menyadari dampak negatif lingkungan dalam
memproduksi barang dan jasa modern, dan bahwa industri periklanan yang luas
hanya berfungsi untuk memperkuat konsumsi yang meningkat.[xii]
E.
Daftar Pustaka
Ø Samekto, Kapitalisme Modernisasi dan Kerusakan Lingkungan, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta :2005
Ø Ritzer,
Teori Sosial Postmodern, Kreasi Wacana, Yogyakarta: 2003
Ø Wikipedia, the free encyclopedia
[i].
Dilihat dalam kamus ilmiah populer, yang ditulis oleh Al Barry yang diterbitkan
Arkola surabaya
[ii]
. Veblen, Thorstein (1899): Teori Kelas Kenyamanan: sebuah studi
ekonomi lembaga, Dover Publications, Mineola, NY, 1994, ISBN 0-486-28062-4.
(Juga tersedia: Proyek Gutenberg e-text). Dalam Wikipedia, the free encyclopedia.
[iii].
Kapitalisme adalah paham yang bertujuan untuk melakukan pemupukan modal
(capital acumulation) melalui proses penanaman modal (capital invesment)
[iv]
. konsolidasi: peneguhan atau pengukuhan hubungan persahabatan (persatuan)
[v]
. Mansour fakih, dikutip dari Rimbo Gunawan dkk, industrialisasi kehutanan Dan Dampaknya terhadap masyarakat Adat: kasus
Kalimantan Timur, Akatiga, Bandung, hal 9-10
[vi]
. karena dalam perspektif negara barat, negara-negara tersebut dipandang
sebagai negara yang masih dalam proses modernisasi, khususnya dalam proses
pertumbuhan ekonomi.
[vii]
. postmodern adalah puncak dari modernitas (Ritzer, 2003: vi)
[viii] Lebow,
Victor.
http://hundredgoals.files.wordpress.com/2009/05/journal-of-retailing.pdf
[x] http://b13sarsgp.wordpress.com/latar-belakang-konsumerisme/
[xi] PBB Chronicle Pandemi dari Konsumerisme dalam
freee encyclopedia
[xii] Konsumerisme
- Ide Besar".
http://www.mymultiplesclerosis.co.uk/big-ideas/consumerism.html. Diakses
2010-04-20.
IMMAWATI KUNTI RIFHANY (KPI 2010)
Sifat konsumtif yang ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia
BalasHapusKesenangan sementara yg sama skali tdk bermanfaat. Nice tulisannya. (y)
BalasHapus