Jumat, 08 Maret 2013

KETIKA HATI MULAI BERUCAP

Dalam riwayat seorang anak manusia, tidak akan terlepas dari adanya kerikil-kerikil yang mengganjal lajunya roda kehidupan. Roda kehidupan tidak akan berputar mulus layaknya koin yang melaju diatas sebidang kaca...................



  Dalam riwayat seorang anak manusia, tidak akan terlepas dari adanya kerikil-kerikil yang mengganjal lajunya roda kehidupan. Roda kehidupan tidak akan berputar mulus layaknya koin yang melaju diatas sebidang kaca. Roda kehidupan manusia terkadang menghadapi bidang yang terjal dan berliku. Serta terkadang pula berhenti sejenak karena terhalang batu yang besar. Maka, pada saat itulah anak manusia membutuhkan bisikan kecil untuk membantunya terlepas dari jebakan liku alur roda.
Sebuah bisikan kecil yang memberi pengaruh besar pada laju roda itulah yang setiap anak manusia cari. Bisikan yang tidak hanya terdengar sepintas dalam pendengaran, namun bisikan yang mampu memberi sebuah perubahan. Bisikan yang memberikan secercah harapan akan datangnya sebuah senyuman di ujung pandangan. Serta bisikan yang menghantarkan anak manusia terlepas dari jebakan batu besar yang melintang.
Maka, Pernahkah kita merasa putus asa saat mengarungi jalan yang berliku? Jalan yang entah membawa kita kemana? Menuju sebuah cahaya terangkah atau malah memercikkan sebuah kegelapan didepan mata? Kemanakah kaki kita akan kita langkahkan?
Pada saat itulah hati akan memberi secercah cahaya kecil yang menuntun kita mencari jalan manakah yang dapat membebaskan kita dari batu besar yang melintang. Bisikan hati kan terdengan lantang saat kita memberi kesempatan untuk ia berceloteh. Bisikannya tidak akan terdengar sama sekali, jika kita bersemayam dalam kegaduhan dan kegundahan. Maka, jika kita ingin mendengar bisikannya, jauhkanlah kegundahan dan kegaduhan dari sekeliling kita, dan mulailah pejamkan mata.
Mata terpejam bukan untuk berhayal, namun memejamkan mata untuk memulai bercengkrama dengan hati. Bercengkrama tentang jalan yang berliku, bercengkrama tentang batu besar yang menghadang, serta bercengkrama tentang jalan yang terjal. Maka, Saat itulah hati mulai berucap, bahwa liku jalan itu bukan sebuah penghalang besar dan berat untuk dilalui. Bahwa batu besar adalah sebuah penghantar kita menuju alur yang berbeda. Alur yang membawa jiwa dan raga menuju sebuah kedewasaan.
Tak memungkiri jua, bahwa timbulnya batu besar yang datang dihadapan kita adalah buah dari perbuatan kita pula. Tanpa kita sadari, apa yang kita lakukan berbuah pembelengguan pada jiwa kita sendiri. Maka, jika hati mulai berinteraksi, ia mampu memberi kita secercah cahaya mungil yang dapat menghantarkan kita menggapai cahaya yang berkilau diujung jalan nanti. Tanpa dirasa pula, ucapan hati membawa kesejukan serta keharuan hingga meneteskan linangan air mata kesadaran.
“Maka Izinkan Hati untuk Terus Berucap”
“Izinkan Ia untuk Terus Bercakap”
“Izinkan Ia untuk Terus Terjaga Saat Diri Kita Terlelap”
“Izinkan Ia Terus Berdiri Tegap”
“Izinkan Ia Menjadi Penerang Saat Kita Merasa Gelap”

Dari: Hati yang mulai berbisik

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar anda. Bebas, tapi dilarang yang mengandung SARA.
Fastabiqul Khoirot