Minggu, 04 Oktober 2015

“PanggungDemokrasi yang Kosong”


“PanggungDemokrasi yang Kosong”
Oleh: Muammar Rafsanjani*
Dahulu, jalanan merupakan sebuah panggung demokrasi. Terutama bagi mereka para mahasiswa yang menyuarakan aspirasi,yang membela hak-hak kaum mustadh’afin. Disanalah tempat terukirnya sejarah perubahan besar bangsa Indonesia. Ingatan pun masih menolak lupa atas tragedi-tragedi yang terjadi di panggung demokrasi ini. Bayonet tertancap di dada, peluru yang datang entah dari mana, pejuang yang hilang entah kemana, darah menetes disana. Namun, kini jalanan hanya menjadi sebuah saksi bisu sebagai sebuah panggung demokrasi ini. Mahasiswa yang dengan bangganya mendeklarasikan diri sebagai agen perubahan atau yang sering kita dengar ‘agent of change’ kini hanya menjadi sebuah mitos. Sikap apatis terhadap problematika yang ada di negeri ini telah tertanam dikalangan mahasiswa. Bahkan tidak hanya sikap apatis, akan tetapi bersikap apriori terhadap kegiatan demonstrasi. Padahal problematika yang kita hadapi saat ini semakin hari semakin kompleks.
Bagaimana mungkin seorang pidana korupsi misalnya, memaknai hukuman hanya sebagaisebuah wisata. Menikmati waktu bersantai dalam penjara dengan fasilitas lengkap. Terpidana sebagai wisatawan, hakim dan jaksa sebagai agen wisata, danoknum lapas sebagai tour guide. Sedangkan seorang nenek yang hanya mencuri singkong karena kelaparan diberikan hukuman yang jauh lebih berat daripada seorang pidana korupsi yang telah mengambil hak rakyat.
Sekarang marilah kita berikan penyadaran terhadap diri kita terlebih dahulu, dan kemudian memperbaiki otak generasi yang akan datang ketika kita tidak mampu memperbaiki otak-otak generasi yang mengacau saat ini. Jadikan al-Qur’an sebagai landasanmu dan idealisme sebagai senjatamu ketika menyuarakan sebuah kebenaran. Karena mahasiswa sejati itu adalah mereka yang tidak lari ketika pistol dan peluru, ketika busur dan panah menghadang didepan mereka dalam memperjuangkan sebuah kebenaran. Mereka punya aparat, kita punya rakyat. Mereka punya senjata, kita punya semangat baja. Mereka punya penjara, tapi kita punya jiwa!
Billahifisabililhaq, fastabiqulkhairat.

*Kader IMM FAI UMY 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar anda. Bebas, tapi dilarang yang mengandung SARA.
Fastabiqul Khoirot