Sabtu, 09 November 2013

SAMPAI “JENGGOTAN”


Tulisan ini hanya sebuah manuskrip tentang awal perjumpaan dengan kota ‘Beautiful Earth’, hingga membentuk ide untuk sekedar dijadikan analogi imaji saja.

Episode Muballigh Hijrah—Ramadhan 1434 H

Sampai “Jenggotan”. Sebuah kedai bakso di sisi jalan daerah Bumiayu, Brebes, berplang “Bakso Jenggot”. Saya dan ketujuh teman lainnya berniat untuk makan malam disana saat baru saja tiba dari Jogja. “Wah, sudah habis Mbak, Mas..” Salah satu pegawainya menginformasikan yang sudah menebak bahwa kami akan makan di kedai bakso tersebut. Ada sedikit kekecewaan dalam hati kami yang memboyong perut lapar. Memang tidak ada kursi kosong yang kami lihat di dalam kedai. Para penikmat bakso sibuk dengan mangkuk berisi bakso yang dipesannya.

Kami melanjutkan jalan di trotoar menuju arah barat kedai, menjelajah tempat makan yang memungkinkan mengisi kekeroncongan perut kami. Walaupun rasa heran belum terpecahkan pada plang kedai bakso tadi, masih tertinggal disana.

Seminggu kemudian di sela-sela kami evaluasi mengenai kegiatan Muballigh Hijrah, salah seorang teman saya, Alfi, menceritakan pengalamannya menyantap Bakso Jenggot (waahh, ga ngajak-ngajak nih anak!). ternyata ia diajak makan disana oleh ibu yang menjemputnya sebelum ke lokasi Muballigh Hijrah, yakni di desa Negarayu. “Uenak tenan iku rek baksone!” nadanya menahan air liur. Kami yang mendengarkan hanya menyimpan dendam dan menahan rengekan perut yang menggedor-gedor. 
Apa mungkin olahan Bakso Jenggot dimasuki celupan jenggot sang pemilik kedai? Hehe..
Hmmm…apa ya di balik sken pemberian nama “BaksoJenggot”?

***

http://gamais.itb.ac.id/wp-content/uploads/2013/04/WAKTU.jpg
Waktu
Begini, sebenarnya yang hendak saya sampaikan adalah mengenai kemoloran waktu atau waktu ngaret yang sering sekali kita lakukan, kita alami, kita jengkeli, kita ‘kutuki’, namun kita malah mengulangi terus dan sampai akhirnya menjadi kebiasaan yang sudah dianggap budaya. Bahkan sering pula mengulur-ulur waktu merupakan hal yang dianggap untuk menghindari menunggu lebih lama.

Contohnya nih, kita terlibat menjadi panita dalam sebuah kegiatan, sang sekretaris biasanya send all sms undangan untuk rapat, di smsnya tertulis rapat akan diadakan pada pukul 15.00, tapi sebenarnya agenda tersebut akan dimulai pukul 16.00. Manipulasi ini untuk menanggulangi keterlambatan anggota yang lebih lama. Sang sekretaris tidak ingin waktu rapat molor dari agenda yang sudah ditentukan, yaitu pukul 16.00. Namun karena khawatir para anggota akan lama mempersiapkan dirinya untuk hadir pada rapat, maka apa boleh buat di sms ditulislah waktu lebih cepat satu jam dari agenda yang sebenarnya. Dan yang tidak kalah yang menjadi faktor pendukung kemoloran waktu adalah kecurangan anggota untuk hadir rapat, mereka hampir dipastikan akan berspekulasi : “ah, paling yang datang baru 2 orang”, “ah, paling yang lain juga masih pada di jalan”, “ah, paling nanti mulai rapatnya nunggu yang lain pada datang dulu” dan ah, ah yang lainnya…terus saja seperti itu.

Inilah penyakit yang cukup akut statusnya. Komunikasi batin antara kedua belah pihak (sekretaris dan anggota yang mendapat undangan rapat) seperti sulit untuk disatukan agar klop. Tidak saling menjustifikasi untuk memolorkan waktu. Sampai pada hari H kegiatan pun kemoloran waktu kembali menjadi sebuah keniscayaan. Namun kemoloran waktu ini seakan sudah menjadi hal yang lumrah terjadi, walaupun disadari inilah penyakit akut yang sulit ditanggulangi bahkan disembuhkan.

***
Nah, sudah ketebak kan apa kaitannya sama BaksoJenggot?
Yups, dinamai Bakso Jenggot karena para pelanggan harus sabar mengantri demi memuaskan lidah dan perutnya. Saking panjang dan banyaknya antrian di kedai tersebut, saya imajinasikan para pelanggan akan jenggotan karena terlalu lama menunggu. Maka apa bedanya dengan menunggu rapat dimulai atau ketika kita dalam sebuah acara yang waktunya molor???

Yuk ah, perbaiki penggunaan waktu kita, jangan diulur-ulurkan, jangan dikendorkan, jangan diselewengkan.
Calon orang sukses itu bukan orang yang menghabiskan waktu, tetapi orang yang menginvestasikan waktunya.

Mari menjadi orang sukses.

Wallahu’alambishowwab

Fastabiqul khoirot!

Tulisan oleh : Immawati Dini Fitrah Eristanti


0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar anda. Bebas, tapi dilarang yang mengandung SARA.
Fastabiqul Khoirot