Jumat, 08 November 2013

Ruang Putih SBY


https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTa58pJruEpWECHt2agxeD3C85Rjn_YkI_uU8klbTvqUks3YyPi
Putih
Ruang Putih SBY. Beberapa bulan terakhir, Indonesia bergejolak! Berbagai permasalahan mewarnai negara ini. Termasuk permasalahan yang terjadi pada Juni ini, yaitu kenaikan harga BBM. Siapa yang tidak tahu, para demonstran di beberapa daerah menggelar aksinya habis-habisan. Demi menolak kenaikan harga BBM yang dipandang akan memiskinkan rakyat yang berkehidupan menengah ke bawah, meskipun dijamin dengan subsidi pemerintah. Namun, tetap bukan itu yang dirasa bisa mensejahterakan rakyat.


Berkaitan dengan aksi yang digelar atas penolakan terhadap kenaikan harga BBM, coba kita putar ulang rekaman aksi para demonstran di beberapa daerah. Aksi demo yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa seperti Makassar, Gorontalo, Malang, Jakarta dan Jogja tidak jarang menimbulkan kericuhan. Di Makassar dan Gorontalo, demo akhirnya berujung seperti tawuran. Meskipun di jogja tidak demikian parah, tetapi massa aksi yang tergabung dalam aliansi gerakan mahasiswa ‘kanan’ dan ‘kiri’ pada 21 Juni lalu dengan sengaja memblokir jalan Nol Km. Itu jelas mengganggu lalu lintas.
Sudah menjadi kebiasaan juga bagi para demonstran untuk meneriakkan yel-yel dalam orasi mereka. Disanalah yang menjadi tempat untuk mengeluarkan segala keluh kesah dan kekecewaan kepada pemerintah. Apapun diteriakkan dengan semangat juang yang menggebu-gebu oleh para ‘parlemen jalanan’ ini. Entah itu realita-realita busuk kebijakan SBY, kalimat-kalimat persuasif yang mendoktrin masyarakat yang mendengar agar pro terhadap mereka, argumentasi perbaikan terhadap pemerintah sampai cacian, makian bahkan kata-kata kotor kepada presidennya sendiri.

Kalimat terakhir itulah yang menjadi fokus penulis. Tahukah anda? Merupakan suatu kebiasaan jika kita melupakan kebaikan seseorang ditengah keburukannya yang nampak pada saat itu. Ibaratnya lembaran putih yang dinodai oleh titik-titik tinta hitam. Mata kita hanya tertuju pada noda tinta tersebut. Tetapi kita tidak melihat bahwa ada ruang putih yang masih luas. Taruhlah apa yang dilakukan oleh SBY itu adalah lembaran putih tersebut dan noda tinta adalah kesalahan yang diperbuatnya. 
Kita tidak tahu berapa banyak titik tinta yang sudah menodai lembaran putih SBY itu. Tetapi tentu masih ada ruang putih yang tidak tertutup noda. Seperti pada kenyataannya, kebijakan-kebijakan yang diputuskan SBY memang tidak selalu pro terhadap rakyatnya, khususnya rakyat miskin. Bahkan, permasalahan yang mengancam kehidupan rakyatnya sendiri timbul sangat banyak. Tetapi perlu kita ketahui, banyak hal pula yang telah diperjuangkan olehnya untuk menyejahterakan rakyat Indonesia.

SBY yang 4 kali menaikkan harga BBM dihujat habis-habisan. Soeharto pun demikian, dikudeta karena banyaknya hutang negara yang tidak jelas, bahkan ia telah 18 kali menaikkan harga BBM. Begitu pun dengan Soekarno yang 11 kali menaikkan harga BBM untuk menyehatkan APBN justru menyengsarakan rakyat. Maka bergulinglah kedudukannya. Tetapi sebelum mengkudeta SBY seperti isu yang telah ada, jangan lupa bahwa SBY telah berhasil membawa kita menjadi negara anggota G-20, 20 negara yang menguasai 90% perekonomian dunia.

Satu lagi, pada tahun 2008, apakah kita merasakan sangat sengasara seperti yang terjadi pada tahun 1997? Apakah kita tahu bahwa pada 2008 itu terjadi krisis dunia? Meskipun memang terjadi krisis dunia yang lebih hebat dari tahun 1997, tetapi atas perjuangan SBY Indonesia bisa bertahan dihantam krisis tersebut. Bahkan Indonesia menjadi salah satu dari tiga negara yang berhasil menahan laju pertumbuhan ekonominya setelah krisis dunia pada 2008 selain India dan China. Itulah ruang putih SBY yang jangan kita lupakan. Ini terlepas dari apakah kita pro atau kontra terhadap kebijakan-kebijakannya.

Atas apa yang telah SBY perjuangkan, ada baiknya kita intropeksi diri. Berapa juta hujatan, cacian, makian, bahkan kata-kata kotor yang telah terlontar atas kekecewaan kita terhadap SBY. Kita memang perlu mengkritik pemerintah sebagai perbaikan. Tetapi, bukankah ada cara yang lebih baik dan bijak untuk melakukan hal itu dibandingkan dengan mencaci maki presiden kita? Ini bukan bermaksud melarang para demonstran untuk aksi turun jalan. Tetapi kita juga perlu tahu etika dalam beraksi.

Ada baiknya kita mendoakan presiden dan para pejabat agar diberi hidayah. Bukan sekedar melakukan upaya sombong yang mengatasnamakan suara rakyat tetapi lupa pada Tuhan. Apapun yang terjadi pada bangsa ini, ketika kita telah melakukan upaya untuk memperbaiki, iringilah dengan doa dan tindakan yang lebih bijak. Semoga bangsa kita akan lebih baik pada periode kepemimpinan selanjutnya (2014-2019). Salam perjuangan!

Tulisan Oleh : Immawati Ilmi

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar anda. Bebas, tapi dilarang yang mengandung SARA.
Fastabiqul Khoirot