Selasa, 19 Februari 2013

SOEKARNO SEBUAH BIOGRAFI POLITIK


Biografi Tokoh Soekarno :
Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekami Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai.


Biografi Soekarno

Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..

Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat beliau tinggal di Surabaya, di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.

Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marxaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927 dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda memasukkannya ke penjara Sukamiskin Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930  PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende Flores  tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945 Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.


Soekarno mencoba menjelaskan bahwa nasionalisme adalah faham kebangsaan. Soekarno mengutip pendapat dari Ernest Renan (1882), yang menyatakan bahwa bangsa adalah suatu nyawa, asas, dan akal yang terdiri dari dua hal.

Pertama, rasa kebersamaan dan memiliki yang berasal dari perasaan bersama dalam menghadapai sebuah riwayat. Kedua, rakyat harus memiliki kemauan dan keinginan untuk melebur menjadi satu. Bukan terpisah oleh perbedaan ras, bahasa, dan agama. Dalam hal ini, Soekarno melihat bahwa nasionalisme tidak akan bisa tercapai tanpa adanya persatuan yang terbentu dari keinsyafan rakyat mengenai kesatuan golongan. Sebab, nasionalisme sejati bersendi pada susunan ekonomi-dunia dan riwayat, dan bukan semata-mata timbul dari kesombongan bangsa. Nasionalisme Indonesia sangat berbeda dengan faham chauvinis, harus menolak pengkultusan sebuah bangsa sebagai bangsa yang berada di atas bangsa lainnya. Nasionalisme Indonesia, adalah nasionalisme yang cinta akan manusia da kemanusiaan (humanistik).

Soekarno mencontohkan bahwa nasionalisme Indonesia haruslah menganut paham ketimuran dan memiliki perbedaan yang sangat jauh dengan nasionalisme Eropa yang bersifat serang-menyerang. Disinilah Soekarno mencoba untuk memasukkan konsepnya mengenai nasionalisme timur yang identik dengan nilai Islam. Karena baginya, setiap umat Islam yang berada di dalam suatu negara memiliki kewajiban untuk membela dan bekerja demi kepentingan negeri tempat tinggalnya. Nasionalisme dan Islam, tidak lebih dari seutas benang dan jarum yang saling membutuhkan satu sama lainnya.

Soekarno dalam pandangan nasionalismenya sangat menolak nasionalisme yang berkembang atas dasar kapitalime, atau hasil-hasil perkembangan kapitalisme. Bagi persepsi politiknya, kaum nasionalisme tersebut adalah kaum nasionalisme borjuis . Dan dalam cita-cita nasionalisme kaum borjuis tidak ada ruang untuk keadilan rakyat. Ia tidak mendambakan keadilan sosial. Karena itu revolusi yang digerakkan oleh kaum nasionalisme ini hanyalah revolusi borjuis.

Pemikiran Soekarno Tentang Islam

Pada tulisannya dalam Pandji Islam (1940) yang berjudul “Islam Sontoloyo”. Soekarno dengan keras mengritik para penganut Islam yang hanya melihat suatu hal secara tekstual semata. Tanpa mampu melihat lebih dalam dan kontekstual. Islam yang diajurkan Soekarno adalah Islam yang modernis. Islam yang mampu melihat sisi keislaman dengan melihat kepada kemajuan jaman. Bukan Islam yang hanya menutup diri dan tidak menerima perubahan. Soekarno mencontohkan dengan larangan Islam terhadap makan daging babi, Islam juga melarang kita untuk menghina si miskin, memakan haknya anak yatim, memfitnah orang lain, musrik di dalam pemikiran. Maka, ketika seseorang melakukan tindakan tersebut, terkecuali makan daging babi tidak akan ada orang yang akan menyalahi sikap tersebut. Berbeda dengan halnya memakan daging babi, meskipun hanya sekecil biji asap pun akan banyak orang yang mengatakan anda orang kafir.

Inilah gambaran jiwa Islam sekarang menurut Soekarno. Terlalu mementingkan kulitnya saja, tanpa melihat isinya. Jikalau ini masih terus berlanjut, maka tidak akan sekalipun Islam di Indonesia akan mempunyai kekuatan jiwa. Janganlah diharap kita mampu menjunjung diri Islam sebagai agama yang mampu memberikan pertolongan sebagaimana yang Allah janjikan. Menjadi seorang mukmin tanpa perasaan terdalam mengenai Islam tidak lebih dari seorang penganut Islam yang sontoloyo menurut Soekarno.

Pemikiran Soekarno Tentang Demokrasi terpimpin

Berbicara tentang interpretasi demokrasi, terdapat perbedaan mendasar  antara Soekarno dan Hatta. Jika Soekarno lebih menekankan pada pentingnya demokrasi yang berasal dari budaya sendiri dan menolak demokrasi yang berasal dari Barat. Hatta lebih sependapat pada bagian kedua, bahwa demokrasi di Indonesia tidak bisa terlepas dari keberadaan demokrasi yang ada di Barat. Sebab baginya, proses transisi demokrasi yang labil merupakan hal yang wajar terjadi pada negeri yang usianya muda seperti Indonesia.

Namun, secara teoritis dalam prosesnya. Soekarno memiliki paham yang hampir sama pada mulanya dengan Mohammad Hatta. Ia menolak demokrasi yang sifatnya hanya politik. Karena bagi Soekarno demokrasi politik, hanyalah memberikan sebuah ruang bagi rakyat untuk berpolitik dan tidak cukup untuk menjamin kesejahteraan rakyat. Demokrasi ini juga tidak menjamin orang-orang kecil dalam bidang ekonomi. Buruh dapat diberlakukan semaunya oleh majikan.

Karakter dan pola kepemimpinan Soekarno dan Hatta memiliki perbedaan yang mendasar. Hatta mempunyai pendirian yang lebih tegas. Tetapi demi kepentingan keseluruhan, beliau suka mengalah. Jika perlu beliau bersedia mengundurkan diri. Berbeda dengan Soekarno yang lebih cenderung menggunakan perhitungan. Soekarno juga terkesan tidak terlalu mati-matian mempertahankan apa yang secara ideologis dianggap benar, melainkan diperhitungkan terlebih dahulu mana yang lebih bermanfaat.

By : Immawati Marisah (Pai Umy 2010)

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar anda. Bebas, tapi dilarang yang mengandung SARA.
Fastabiqul Khoirot