Saat ini kita perlu sebuah narasi besar untuk perubahan. Narasi atau konsepsi wawasan yang besar dan Muhammadiyah hadir dengan narasi yang besar. Islam yang berkemajuan itu sendiri merupakan sebuah konsep yang sangat besar. Dan itulah yang akan melakukan perubahan dalam umat Islam Indonesia.
Abad XX merupakan abad kebangkitan Islam, khususnya dari dunia Timur. Sebagaimana pernyataan Fazlur Rahman bahwa kebangkitan Islam
akan muncul dari negara-negara Timur, dan lebih-lebih pada negara yang
mengembangkan sistem demokratisasi.
Kata Rahman lagi, indonesia adalah “bangsa yang berwatak Demokratis, karena itu
hanya penafsiran islam yang betul-betul demokratislah yang akan berhasil
disana’’. Dan sampai saat ini belum ada satu negara pun yang menyamai
kemajemukan indonesia, termasuk organisasi keagamaannya.
Mulai abad XX, kebangkitan islam di Indonesia sangat signifikan
dengan ditandai munculnya organisasi Islam (ormas islam). Gerakan keagamaan
tersebut diantaranya: Sarikat Islam, Al- Irsyad, Persatuan Islam, Muhammadiyah
dan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi keagamaan ini lahir dari akumulasi produk
pemikiran yang berbeda-beda dan semuanya adalah gerakan yang memiliki trade
mark dan orientasi yang berbeda satu sama lain.
Lahirnya gerakan/ persyarikatan keagamaan ala Muhammadiyah
diatas panggung sejarah perkembangan keagamaan islam merupakan peristiwa
sosial-budaya biasa. Merupakan eksperimen sejarah yang cukup spektakuler,
khususnya untuk kurun waktu saat itu. Tantangan yang dihadapi Muhammadiyah saat
itu adalah sinkritisasi dan tekanan
ideologi luar yang sengaja dipaksakan masuk ke dalam negeri Indonesia,
peristiwa ini merupakan satu tanda adanya globalisasi dunia yang sudah masuk di
indonesia dalam ranah keyakinan (agama).
Kelahiran Muhammadiyah merupakan sebuah respon terhadap
tantangan ideologis yang telah berlangsung lama dalam masyarakat jawa. Dalam
masyarakat jawa, secara historis kehidupan mereka dipengaruhi oleh budaya
keagamaan sebelumnya. Agama Hindu dan Budha merupakan warisan yang sangat
berpengaruh dimasyarakat jawa. Perilaku keagamaan jawa masih sangat kental
dengan budaya sinkritisme, yakni pencampuradukan dari berbagai unsur agama
(takhayyul dan khurofat).
Persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan oleh Muhammad
Darwis (KH. Ahmad Dahlan) memiliki visi misi yang kuat. sebagaimana cita-cita
KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri persyarikatan ini mencita-citakan mampu
memurnikan kembali ajaran islam sesuai al-Qur’an dan Sunnah. Pada masa itu
banyak sekali praktik syirik dan klenik yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat yang bercampur dengan budaya-budaya jawa kuno. Dan tidak bisa
dipungkiri sekeliling tempat tinggal KH. Ahmad Dahlan adalah pusat praktek yang
berbau syirik, bid’ah dan khurofat. Hal-hal seperti itu di masyarakat mampu
diatasi oleh KH. Ahmad dahlan dengan kecerdasan dan kerendahan hati beliau,
semua yang sukar mudah untuk diselesaikan. Disamping itu juga karena KH. Ahmad
Dahlan adalah sosok yang bersahaja dan tegas dalam tauhid.
Berkembangnya persyarikatan Muhammadiyah maka semakin
kompleks pula persoalan yang ditemui dalam masyarakat. Arus budaya yang
dihadapi Muhammadiyah dulu dengan sekarang jauh lebih berbeda. Sehingga
tantangan yang harus dihadapi sekarang adalah memperkuat basis keagamaan yang
didukung oleh nilai-nilai sosial-religius. Salah satu tantangan global saat ini
adalah tingginya tingkat kompetitif (persaingan) disemua lini kehidupan, untuk
itu muhammadiyah perlu memperkokoh basis iptek dan imtaknya.
Sejak awal berdirinya persyarikatan Muhammadiyah menyatakan
dirinya sebagai gerakan pembaharu dalam model pemikiran Islam. Berbeda dengan
organisasi keagamaan yang lain, Muhammadiyah nampaknya sangat kritis terhadap
persoalan-persoalan keagamaan dan sekaligus persoalan sosial. Sehingga terkesan
Muhammadiyah sebagai gerakan yang senantiasa hidup dalam ruang dan waktu yang
selalu berubah. Sikap kritis yang dimiliki Muhammadiyah ini sebenarnya sama
halnya aliran modern (modernisme) dalam wacana pemikiran islam.
Gerakan Muhammadiyah yang didirikan oleh kyai Ahmad Dahlan
pada tahun 1912 sejatinya adalah gerakan yang menganut islam yang berkemajuan,
kemudian disebut sebagai gerakan reformisme islam atau modernisme islam,
dibuktikan dengan gerakan Muhammadiyah yang lebih mempribumi dan bisa diterima
oleh semua kalangan, tidak memandang usia, ras dan budaya. Oleh Prof. Dr. Amin
Abdullah (2011) dalam konteks perkembangan pemikiran islam kontemporer bagi
Muhammadiyah jauh lebih tepat mirip dengan islam progresif. Seperti pernyataan
Prof. Dr. H. Din Syamsuddin ketua Umum PP Muhammadiyah bahwa umat islam saat
ini perlu sebuah narasi besar untuk perubahan dan kemajuan menyongsong masa
depan dan Muhammadiyah lebih tepatnya sebagai gerakan yang progresif itu.
Dalam perkembangannya, peran Muhammadiyah kepada umat Islam
dalam menghadapi dinamika islam kontemporer sangat dibutuhkan. Muhammadiyah
didirikan kyai Ahmad Dahlan dengan dasar
dan visi misi yang kuat untuk menghadapi pergolakan yang akan dihadapi umat
islam dalam globalisasi dunia. Perkembangan islam kontemporer yang luar biasa
terjadi menunjukkan dinamika islam dengan berbagai masalah umat yang kompleks.
Muhammadiyah merupakan satu konsep ormas yang berideologi
berkemajuan, sesuai dengan ajaran islam umatnya harus progresif. Memiliki
pandangan dan cita-cita untuk maju tidak hanya materi tapi juga cara
berfikirnya, mengikuti perubahan dunia.
Refrensi
API SEJARAH
Abdullah, Amin,
Pembaharuann Pemikiran islam Model Muhammadiyah, Suara Muhammadiyah, No 08/ TH
ke 83. April1998. (blogspot. Gerakan pemikiran muhammadiyah)
Buku Reaktualisasin dan kontekstualisasi Islam Berkemajuan
di tengah Peradaban Global. (al_wasath@yahoo.com).
Kerjasama antar UHAMKA dan UMJ
By. Immawati Kunti Rifhani (Kpi Umy 2010)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar anda. Bebas, tapi dilarang yang mengandung SARA.
Fastabiqul Khoirot