Anak
adalah amanah yang diberikan Allah kepada orang tuanya, dan setiap amanah itu
akan dimintai pertanggung jawabanya dikemudian hari nanti. Oleh karena itu
orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter anak. Karena
di era kebebasan ini anak lebih sulit dikendalikan meski orang tuanya sudah
aktif dalam menjaganya. Tantangan orang tua dalam mendidik anak-anaknya ini
akan terganjal dari berbagai aspek yang harus diperhatikan salah satunya media
yang semakin fulgar mempertontonkan sesuatu yang tak selayaknya di konsumsi
oleh umum tanpa batas. Pembentukan karakter anak-anak saat ini lebih condong di
bentuk oleh siaran TV yang ada setiap hari. Jadi tidaklah aneh jika banyak
terjadi tawuran antar pelajar, pelajar-pelajar pesta miras dan sex, rasa malu
yang sudah tidak ada dan masih banyak lagi.
Ini dikarenakan acara-acara yang
disajikan oleh stasiun tv kita jarang yang bernuansa mendidik manusia menjadi
lebih baik. Tapi justru malah mengajarkan mereka pada hal-hal yang kurang baik,
sebagai contoh senetron yang hanya menyajikan orang pacaran, ciuaman di depan
umum, minum-minuman keras, pakaian super seksi, hubungan badan, sex bebas,
kekerasan, mistik, klenik, tahayul dan yang paling miris artis-artisnya
menampilkan dengan pede tanpa punya rasa malu sedikitpun. Jadi tidak aneh jika
anak-anak, remaja-remaja kita bahkan orang tua memilih meniru mereka yang
jelas-jelas itu akan membawa dampak yang negatif bagi Bangsa ini. Belum lagi
alat kemunikasi yang sudah semakin canggih ini memberikan anak-anak mudah
sekali berkomunikasi antara satu dengan lainya, yang akhirnya membuat mereka
menjadi hedonis, prgmatis dan apatis. Internet yang kian hari kian masuk ke
pelosok-pelosok Desa terpencil yang bisa mengakses apapun yang di ingginkan
tanpa ada filter untuk konten-konten yang negatif.
Dari dampak itu tidak aneh jika
anak-anak saat ini memiliki pribadi yang negatif atau karakter yang jelek.
Karena terbentuknya karakter anak-anak ini mau jadi seperti apa saat ini ditentukan
oleh kemaun pasar industri yang hanya memikirkan keuntungan semata, bahkan
negara tidak mampu membendungnya. Tawuran antar pelajar, hubungan sex bebas,
pacaran yang sudah kelewat baju (kelewat batas), suka minum-minuman keras dan
obat-obat terlarang, gaya hidup yang glamor, hilangnya etika, moral dan
sopan-santun. Inilah cermin anak-anak muda, anak-anak sekolah saat ini yang
jelas membahayakan perkembanganya. Maka dari itu orang tua disini dituntut
untuk lebih hati-hati dan jeli dalam mendidik
dan menjaganya, terlena sedikit maka hancur sudah masa depan buah
hatinya.
Dalam ajaran agama sungguh sangat
jelas perintah dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak hingga si buah
hati yang dilahirkan memiliki etika terpuji. Bahkan, perencanaan dalam
pengasuhan seorang anak telah ditentunkan sejak masa dalam kandungan. Umum
diketahui, bahwa bayi dalam kandungan ibunya telah dimungkinkan untuk dibina,
yaitu dengan memperdengarkan aya-ayat suci serta tingkah laku ibu yg terpuji.
Maka untuk membetengi perkembangan zaman saat ini, maka orang tua harus
bersungguh-sungguh dalam mendidiknya dan membekali anak dengan keyakinan agama
yang kuat.
Bekali
anak dengan Tauhid yang kuat
Tauhid merupakan seseuatu yang
sangat urgen dalam pendidikan anak. Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang
ahli hikmah yang bernama luqman. Allah SWT mengabdikan nasehat Luqman kepada
anaknya dalam Al Qur’an sebagaimana berikut :
Artinya
: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". (Luqman: 13).
Yang paling pertama yang kita
lakukan adalah memperkenalkan sang anak dengan Rabbnya, karena dengan
tauhid atau iman yang mantap akan menggiring sang anak pada kesempurnaan lahir dan batin. Apabila iman seseorang telah
sempurna maka akan memiliki akhlak yang mulia, sebagaimana sabda Rasulullah:
" أَكْمَل الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنهمْ خُلُقًا
" (رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ)
Artinya:
"Mukmin yang sempurna imannya, bagus akhlaknya" (HR. Tirmidzi).
Pada awal pembinaan para sahabatnya,
Rasulullah Saw lebih memprioritaskan pembinaan iman, begitupun yang dilakukan
Luqman terhadap anaknya, maka seyogyanya setiap orangtua pada zaman sekarang
juga harus memanamkan keimanan yang kuat kepada putra putrinya, karena iman
itulah yang akan menjadi tamengnya dimanapun dia berada dan dalam
kondisi apapun.
Membiasakan
Shalat dan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar
Setelah
kita memperkenalkan sang anak dengan Rabbnya, kita ajari bagaimana dia
berkomunikasi dengan Rabbnya, yaitu mendirikan shalat lima waktu. Kemudian kita juga tidak
luput mendidiknya dalam amar ma'ruf dan nahi munkar, Allah SWT
berfirman:
يَا بُنَيَّ أَقِمِ
الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا
أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Artinya: "Hai anakku, dirikanlah
salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah)" (Q.S: Luqman:17)
Mengenai
shalat Nabi Muhammad Saw juga menekankan di dalam sebuah hadits:
"مُرُوا
أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءَ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ
عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي
الْمَضَاجِعِ "
"perintahkanlah
anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka
(jika tidak mengerjakannya) ketika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat
tidut mereka" (HR. Abu Daud).
Pada hadits ini Rasulullah Saw
memakai ungkapan idhribuu yang arti dasarnya adalah pukullah secara
fisik jika anak melalaikan shalat. Namun makna lain yang lebih kontekstual
adalah ‘didiklah’. Dengan demikian bentuk mendidik sangat luas, misalnya
memberi teladan, membiasakannya, serta memberi motivasi untuk sahalat.
Dalam ayat diatas Luqman juga
menasehati anaknya untuk amar ma'ruf dan nahi mungkar. Kebaikan
merupakan sesuatu yang diketahui oleh setiap orang, maka kebaikan itu disebut
dengan ma'ruf yang artinya dikenal, begitupun kebathilan, manusia pada
dasarnya akan selalu mengingkari segala bentuk kebathilan, maka dari itu bathil
disebut dengan munkar. namun kadangkala manusia didominasi oleh hawa
nafsunya sehingga melaksanakan kebathilan dan meninggalkan kebaikan. adapun
dampak positif dalam diri anak, minimal ketika dia memerintahkan kebaikan pada
orang lain, maka sang anak memiliki beban mental akan keharusan melakukan
kebaikan itu. Begitu pula dengan nahi munkar, paling tidak dia membenci
pada kemunkaran sehingga dia tidak akan melakukannya.
Menanamkan
Kesabaran
Sudah
sepantasnya kita sebagai orang tua mengajarkan kesabaran kepada anak, karena
hidup ini penuh dengan lika liku. Oleh karena itu sangat tepat apa yang
dinasihatkan Luqman kepada anaknya agar bersabar terhadap hal-hal yang menimpa
dirinya sebagai konsekuensi dari keimanan dan pembuktiannya, khususnya dalam
hal amar ma'ruf dan nahi munkar. Nasihat ini memang sangat
penting agar seorang anak tidak mudah putus asa dalam menjalani hidup yang
penuh dengan cobaan lalu menghalalkan segala cara untuk memperoleh apa yang
diinginkan.
Manakala seseorang memiliki
kesabaran dalam hidupnya, maka Allah akan selalu bersamanya, Allah berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ
وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (153) }
Artinya: "Hai orang-orang yang
beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar" (QS Al Baqarah:153).
Disamping itu, sabar juga menjadi
salah satu kunci utama dalam mencapai keberhasilan, Allah berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا
وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(200) }
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada
Allah, supaya kamu beruntung" (QS Ali Imran:200).
Kita ketahui banya anak-anak yang
saat ini tidak bisa untuk bersabar karena pola hidup saat ini telah menjadikan
anak-anak tumbuh dengan cepat baik secara pemikiran dan kedewasaan. Maka
menanamkan kesabaran ini sangatlah penting bagi perkembangan mereka agar mereka
bisa mengendalikan diri sehingga tidak terjerumus pada kesenangan sesaat.
Memupuk
kesederhanaan
Sederhana
yang dimaksud disini adalah tidak berlebih-lebihan dalam sesuatu, ketika
berjalan, berjalanlah dengan sopan, begitupun dalam berbicara. Kesederhanaan
menggambarkan sebuah ketenangan dan kesopanan tingkah laku yang merupakan buah
dari budi pekerti mulia.
Di
antara wasiat Luqman yang dikisahkan oleh Allah ‘azza wa jalla dalam
surat Luqman, tatkala dia berkata kepada anaknya:
وَاقْصِدْ فِي
مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ
الْحَمِيرِ
Artinya: Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai (Q.S: Luqman:19)
Makna
"dan lunakkanlah suaramu" adalah jangan berlebihan dalam berbicara dan jangan mengangkat suaramu dengan
perkataan yang tidak ada faidahnya, karena seburuk-buruk
suara ialah suara keledai. Al-Imam Mujahid dan yang lainnya mengatakan :
‘Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai, yakni yang paling buruk
dari mengangkat suara adalah yang kerasnya menyerupai suara keledai. (Tafsir Ibnu Katsir 6/337)
Mengapa
hidup sederhana demikian penting? Tidak lain karena sikap sederhana
menghindarkan manusia dari sifat dengki yang membawa permusuhan. Bukankah
banyak permasalahan hidup yang timbul gara-gara dipicu sikap atau tutur-kata
yang berlebih-lebihan dan menyakitkan?
Tanamkan
Akhlakul Karimah
Pendidikan
akhlak dimulai sejak ibu mengandung, yaitu berakhlak yang baik kepada setiap
orang. Perilaku ibu yang tengah mengandung ini dapat memberikan pembelajaran
awal kepada jabang bayi untuk berakhlak mulia.
Sejak kecil anak harus diajarkan,
dibiasakan, dan dikondisikan melakukan perbuatan yang baik. Jika seorang anak
terbiasa melakukan perilaku yang buruk hingga ia besar, maka akan sukar
meluruskannya. Artinya, penanaman akhlak kepada anak dimulai sedini mungkin dan
seyogianya dilakukan oleh setiap orang tua. Jangan biarkan anak tanpa
pendidikan akhlak dan moral. Mari kita simak hadits Rasulullah berikut:
أكرموا أولادكم وأحسنوا آدبهم
(رواه ابن ماجة)
"Muliakanlah
anak-anakmu dan perbaikilah akhlak mereka"(HR Ibnu Majah)
Kebebasan Negara ini telah menyeret
anak-anak dan remaja pada degradasi moral yang semakin parah. Bisa kita lihat
bagaiman cermin mereka sekarang, pergaulan mereka, gaya hidup mereka, dan
prilaku mereka, banyak yang sudah melenceng jauh dari akhlak yang baik.
Secerdas apapun sesorang anak, kalu akhlaknya tidak mencerminkan kecerdasanya
maka bisa jadi itu akan sia-sia dalam kehiduapanya nanti.
Mencintai Nabi, Keluarganya Serta Mengajari Membaca Al
Quran
Ada
tiga perkara yang ditekankan Nabi Muhammad SAW dalam mendidik putra-putri kita,
sebagaimana sabda Beliau:
(أدبوا أولادكم على ثلاث خصال: حب نبيكم، وحب أهل بيته، وقراءة
القرآن)
"Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara;
Mencintai Nabi kalian(Muhammad SAW), mencintai Ahlulbaitnya dan membaca
Al-Qur'an".
Teladani
Nabi Muhammad SAW: Memberikan teladan adalah metode paling jitu dalam
pendidikan anak. Karenanya memperkenalkan pribadi Nabi Muhammad saw sejak dini
akan menjadi pondasi kuat dalam pembangunan akhlaq pada putra putri. Jadikanlah
sosok Nabi itu hidup dalam benak mereka dan sangat mereka cintai. Tak ada pribadi
yang lebih indah budi pekertinya daripada Nabi Muhammad.
Teladani
Keluarga Nabi: Keluarga Nabi adalah istri dan anak-anak beliau dan juga menantu
beliau yang shalih. Tidak diragukan merekalah orang-orang terdekat dengan Nabi,
Mereka pulalah orang-orang yang paling mencintai Nabi dan berusaha melanjutkan
perjuangan Nabi dalam menyebarkan ajaran Islam. Kisah tentang mereka pun akan
menjadi inspirasi sangat berharga bagi anak-anak kita dalam meneladani Nabi.
Membaca
Qur’an: Al quran merupakan pedoman hidup bagi setiap insan, membaca dan
mempelajarinya merupakan suatu ibadah kepada Allah s.w.t. Selain daripada itu,
Al-Quran juga mempunyai rahasia dan hikmah yang tinggi. rahasianya perlu
digali, pintu hikmahnya perlu dipelajari supaya perjalanan hidup kita sentiasa
dalam keridhaan Allah SWT. Lebih-lebih lagi kita wajib mempercayai kitab
Al-Quran yang mana kitab ini merupakan pelengkap dan penyempurna rukun Iman
seorang Muslim.
Didiklah
Agar Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.
Nasihat kepada anak untuk berbakti
kepada orang tua sering diulang di dalam al-Qur’an al-Karim dan pesan-pesan
Rasulullah saw. Sedangkan nasihat kepada orangtua untuk berbuat baik kepada
anak itu sangat sedikit. Yang demikian dikarenakan fitrah orangtua mengayomi
dan menyayangi anaknya. Dan inilah gambaran inspiratif dari luqman yang
menasehati anaknya agar berbakti kepada orang tuanya. Sebagaimana tertuang
dalam Al qur'an:
{وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ
وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ
إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14) }
Artinya:"Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun ,. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(Q.S: Luqman:14)
Ayat ini memberi Gambaran tentang
pengorbanan Sang ibu yang luar biasa, ketika mengandung hingga menyusui sang
buah hati dengan kasih sayang lebih besar, lebih dalam, lebih hangat, dan lebih
lembut.
Seorang anak tidak mampu mengganti
apa yang telah dikorbankan orangtua, meskipun ia memberikan seluruh usianya
untuk keduanya. Al-Hafizh Abu Bakar al-Bazzar dalam Musnad-nya meriwayatkan,
bahwa ada seorang laki-laki thawaf sambil menggendong ibunya. Lalu ia bertanya
kepada Nabi saw: “Apakah laki-laki itu telah membayar hak ibunya?” Beliau
menjawab, “Tidak, meskipun untuk satu keluhan nafas yang panjang.” Demikianlah,
meskipun begitu berat pengorbanan kita namun kita tidak dapat membayar
pengorbanan Sang ibu walau untuk satu keluhan nafas yang panjang, baik saat
kehamilan atau dalam persalinan.
Tanamkan
rasa tanggung Jawab.
Pendidikan anak yang ditanamkan
Luqman kepada anaknya adalah rasa tanggung jawab terhadap apa yang
dilakukannya, karena seluruh perbuatan manusia akan dipertangung jawabakan di
akhirat, amal baik akan di balas dengan kebaikan dan amal buruk akan dibalas
dengan keburukan. Seperti dalam firman Allah SWT:
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا
إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي
السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ
خَبِيرٌ
Artinya:
(Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus
lagi Maha Mengetahui" (Q.S: Luqman:16)
Dengan
menanamkan rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, hal ini akan
berpengaruh positif dalam kehidupan sang anak, karena dengan demikian sang anak
dapat mengontrol dan mengendalikan diri dalam berbuat. Menanamkan rasa tanggung
Jawab.
Jauhkan
Sifat Angkuh Dan Sombong
Sifat ini telah mencelakakan banyak
makhluk ciptaan Allah SWT, mulai dari peristiwa terusirnya
Iblis dari surga hingga ditenggelamkannya qarun kedalam bumi, serta banyak lagi
kisah-kisah para ummat sebelum kita yang diadzab karena kesombongannya.
Dengan demikian Luqman menasehati anaknya
agar menjahui sifat angkuh dan sombong, seperti dalam firman Allah SWT:
{ وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ
مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (18) }
Artinya:
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S: Luqman:18)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsiri kalimat :”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh”, maksudnya janganlah kamu menjadi orang yang sombong, keras
kepala, berbuat semena-mena, janganlah kamu lakukan semua itu yang menyebabkan
Allah murka kepadamu.
Penutup
Mendidik
anak agar menjadi anak yang shaleh atau muslim yang sejati bukanlah sesuatu
yang mudah, apalagi seperti saat ini kita hidup didalam dunia yang kian hari
kian semakin edan. Karena itu diperlukan perhatian yang besar dari orang tua
terhadap anak-anaknya, baik dalam idiologi, Akhlak, syariah dan kehidupan
sosial.
Semoga kita termasuk orang tua dan
calon orang tua yang sukses dalam mendidik putra putri kita nanti, sehingga mereka nanti menjadi putra
putri shalih/shalihah yang didambakan setiap orang tua. Amin ya rabbal 'alamin.
By. Immawan Rohmad Qomarudin (Pai Umy )