Senin, 16 Mei 2016

AR Fachruddin dan Keteladanannya

Oleh : Immawan Hawari (ketua HIMAPAI)

KH Abdurrazzaq Fachruddin lahir di Yogyakarta tanggal 14 Febuari 1916. KH Fachruddin ialah nama ayahnya, seorang penghulu di Pakualaman. Ia memberi nama anaknya ini Abdurrazzaq (AR). Selanjutnya, nama ayahnya, sebagai penghormatan, disebut di belakang namanya. Sehingga namanya lengkap menjadi Abdurrazzaq Fachruddin. Namun, nama ayahnya itu, bukanlah KH Fachruddin, nama seorang pahlawan nasional yang pernah menjadi Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. Jadi, hanya kesamaan pada nama.
KH AR Fachruddin, yang akrab disapa Pak Ar, ketika masa kecil sekolah di SD Muhammadiyah Bausasran kemudian pindah ke SD Muhammadiyah Prenggan KotaGede. Setelah itu, melanjutkan ke Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah hanya beberapa tahun. Karena orangtua kembali ke Bleberan, Kelurahan Banaran, Kecamatan Galur, Kulon Progo. Ia lalu dididik mengaji langsung di kampung oleh ayahnya yang semasa mudanya nyantri di Pondok Tremas, Pacitan. Selain itu, ia dapat melanjutkan sekolah lagi di Madrasah Darul Ulum, Galur sampai tamat. Kemudian ia mengikuti Tabligh School Muhammadiyah.
Berbicara mengenai pak AR, banyak sekali kisah-kisah yang dapat kita jadikan pelajaran dengan baik. Salah satu kisah mengenai beliau adalah, pernah suatu ketika beliau diminta mengisi sebuah kajian dan mendapatkan amplop. Biasanya isi amplop tersebut habis diberikan kepada para karyawan kantor PP Muhammadiyah yang gajinya masih sangat kecil. Kisah ini tentu memberikan bukti ke-zuhud-an sifat yang dimiliki oleh pak AR.
Tidak hanya itu, suatu kali beliau didampingi oleh H. Ahmad Dimyati, seorang tokoh Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, menghadiri suatu acara Muhammadiyah di daerah Jawa Tengah. Oleh panitia tempat tidur yang diberikan hanya sebatas kasur di atas lantai tanpa ada ranjang. Ketika pak Dimyati bermaksud mencari panitianya untuk mengadukan masalah ini, pak AR dengan santai mengatakan, “Sudahlah, dengan begini saya malah enak, tidak mungkin jatuh dari tempat tidur”
Dua kisah ini menggambarkan dua sifat mulia yang dimiliki oleh Pak AR selama masa hidup dan baktinya. Dari kisah ini menggambarkan bagaimana pak AR memiliki sifat yang sederhana, peduli dengan manusia yang lain, dan kezuhudan yang dimilikinya. Tentu dari kisah ini semoga dapat kita contoh keteladanan yang diberikan oleh Pak AR.
Dalam memimpin sebuah organiasai, Pak AR  bukan pemimpin yang pemarah dan bersikap kasar. Ia  ramah dan sangat terbuka sehingga mudah bergaul dan bekerjasama. Selain itu,  memandang semua sama dan mudah ditemui siapa pun. Ceramah, pidato, dan pengajiannya menggunakan kata-kata dan kalimat yang mudah  diterima.  Penyampaiannya menyegarkan, menyejukkan, menenteramkan hati.  Ia salah satu pemimpin yang disegani dan dihormati.  Presiden Suharto dan para pejabat berpangkat menghormatinya. Apalagi  masyarakat bawah  mengenalnya dan mencintainya. Prestasi sosial yang tinggi semacam itu membuktikan bahwa ia pemimpin yang berwibawa.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar anda. Bebas, tapi dilarang yang mengandung SARA.
Fastabiqul Khoirot