Telah diketahui bersama bahwa KH. Ahmad Dahlan merupakan
sosok dan tokoh Pendiri Gerakan dakwah bernama Muhammadiyah. Suatu organisasi
dakwah dan non politik yang berafiliasi hanya untuk kepentingan umat Islam agar
tercapai masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Terkait hal tersebut, suatu
aktivitas organisasi terutama dalam ranah orientasi dan ideologi sangat erat
kaitanya dengan pemikiran yang terdapat dari siapa yang mendirikan, artinya
organisasi Muhammadiyah secara otomatis terlandasi oleh pemikiran-pemikiran KH.
Ahmad Dahlan yang notabene sebagai pendiri.
Buku
pelajaran KH. Ahmad Dahlan ini salah satu yang paling otentik ketika menelaah
geneologi pemikiran beliau terkait apa yang beliau landaskan dalam kehidupanya
dan apa yang Muhammadiyah niatkan dalam pendirianya. Untuk itu mari bersama
membahas apa yang terkait dalam pemikiran Kh. Ahmad Dahlan yang tertuang dalam
buku berjudul 7 falsafah dan 17 kelompok ayat Al-Qur’an.
Sistematika
pembahasan makalah ini tertuang dalam dalam 4 bab yaitu abstraksi pemikiran, telaah konsep,
genealogi pemikiran dan terakhir kesimpulan.
A.
Abstraksi Pemikiran
Mengawali langkah pembahasan
buku ini, sebenarnya apa yang di inginkan oleh KH. Ahmad Dahlan tentang adanya
atau hadirnya buku ini?. satu poin yang paling penting untuk di sebarkan
tentang buku ini adalah beliau memahamkan kita semua bahwa “seperti itulah
sebenarnya seorang muslim dalam menjalani kehidupanya”. Artinya beliau
menjelaskan kepada kita semua umat Islam dan khususnya warga muhammadiyah bahwa
dalam menjalani kehidupan sebagai hamba Allah harus sesuai dengan apa yang
telah tercantum dalam 7 falsafah dan
kelompok 17 ayat Al-Qur’an beserta penjelasanya. Itulah pon penting yang
melandasi pemikiran beliau dalam buku ini.
Selain itu dalam buku ini
sangat khas sekali sebagai seorang ulama ketika mengawali menyampaikan
nasehatnya yaitu tertuang dalam pelajaran ke 1 dan kelompok ayat ke 1 tertulis
dalam buku tersebut yang mempunyai makna bahwa dalam mengawali pelajaran ke 1
dan ayat ke 1 belau sama-sama membicarakan makna hidup manusia sebagai hamba
Allah. Itulah betapa cerdasnya beliau dalam mengawali tema dalam buku ini.
sebuah keharusan bagi seluruh umat muslim di dunia ini sebenarnya apa makna
hidup di dunia ini dan untuk apa kemudian dari mana hidup dan mau kemana hidup.
Penjelasan yang disampaikan
oleh KRH. Hadjid dari pemikiran 7 falsafah dan 17 ayat ini yang akhirnya dapat
kita geneologikan apa yang menjadikan KH. Ahmad Dahlan berpendirian seperti itu
dan akhirnya munculah konsep-konsep dalam menjalankan rasa keberagamaan pada
aktivitas kehidupan manusia khususnya seorang muslim.
B.
Telaah Konsep
Setelah membahas abstraksi
pemikiran beliau, sekarang menelaah dari seluruh isi buku tersebut apa saja
yang dihasilkan dari buku tersebut secara konseptual keberagamaan atau konsep
apa saja yang bisa kita klasifikasikan secara menyeluruh dalam rangka melandasi
kehidupan seorang muslim.
Secara hasil telaah dapat
diklasifikasikan 3 konsep yang tertuang dalam produk pemikiran beliau dalam
buku tersebut yaitu konsep Tauhid,
konsep Dakwah, konsep Tazkiyatun Nafs. Namun perlu di ingat bahwa ini bukan dikotomi konsep,
akan tetapi klasifikasi disini menerangkan penekanan yang dilakukan oleh KH.
Ahmad Dahlan dalam membahas satu persatu pelajaran dan ayat. Artinya sebenarnya
semua pelajaran dan ayat mengandung ketiga konsep tersebut.
1.
Konsep Tauhid
Pengertian konsep tauhid ini memahamkan kita bahwa ada
sebuah konsep tauhid dalam beragama yang setiap individu harus menyadari dan
meyakini tentang konsep tauhid ini. dan poin konsep tauhid yang paling penting
adalah meyakini makna Syahadatain.
Konsep tauhid dalam buku ini tertuang pada pelajaran dan kelompok
ayat ke :
a.
Pelajaran pertama,
Diawali dari fatwa beliau yang
berbunyi “kita, manusia ini, hidup di
dunia hanya sekali, untuk bertaruh : sesudah mati, akan mendapat kebahagiaankah
atau kesengsaraankah?”
Beliau menekankan sebagai
seorang hamba Allah harus selalu menyadari dan meyakini bahwa Allah menyediakan
alam yang sebenar-benarnya alam dan disanalah tempat kita kembali. Ini sebuah
konsep tauhid yang sangat mendasar tentang arti dari mana hidup dan mau kemana.
b.
Pelajaran ke empat
“Manusia perlu di golongkan menjadi satu dalam kebenaran, harus
bersama-sama mempergunakan akal fikiranya, untuk memikir bagaimana sebenarnya
hakikat dan tujuan manusia hidup di dunia. Apakah perlunya? Hidup di dunia
harus mengerjakan apa? Dan mencari apa? Dan apa yang dituju? Manusia harus
mempergunakan akal fikiranya untuk mengoreksi soal i’tikad dan kepercayaanya,
tujuan hidup dan tingkah lakunya, mencari kebenaran yang sejati. Karena kalau
hidup didunia hanya sekali sampai sesat, akibatnya akan celaka dan sengsara
selama-lamanya”
Dari tulisan
diatas konsep tauhid yang tertuang adalah bagaimana meyakini bahwa ada Allah
yang maha segalanya,dan manusia harus selalu
memikirkan bagaimana sikap beragama yang benar agar tidak sampai mengikuti
jalan yang sesat.
c.
Kelompok ke 1, surat Al-Jatsiyah ayat 23
Ayat ini sepintas membicarakan
masalah penyucian jiwa, tetapi KH. Ahmad Dahlan dalam penjelasanya menekankan
bahwa setiap muslim harus selalu menyerahkan rasa beragama dan bertuhanya hanya
kepada Allah. Bukan dengan yang lain yaitu hawa nafsu.
d.
Kelompok ke 3, surat Al-Ma’un ayat 1-7
Dalam surat ini beliau
menekankan sekali tentang rasa beragama yang benar dalam kehidupan. Bahwa semua
yang tertulis dalam ayat tersebut menjelaskan konsep tauhid yang harus di
hayati bersama. Dalam kalimat terakhir beliau menyampaikan “betulkah kita
sebagai orang Islam yang berani menyerahkan harta dan jiwa raganya di bawah
hukum Allah?
e.
Kelompok ke 4, surat ar- Rum ayat 30
Penjelasan ini dapat dilihat
dari keterangan KRH. Hadjid : “ menurut
kyai Dahlan, orang beragama ialah orang yang jiwanya menghadap kepada Allah dan
berpaling dari lainya. Bersih tidak dipengaruhi oleh lain-lainya, hanya tertuju
kepada Allah, tidak tertawan oleh kebendaan dan harta benda. Sikap ini dapat
dibuktikan dan dilihat dengan kesadaran menyerahkan harta benda dan dirinya
hanya kepada Allah”.
Berdasarkan keterangan diatas kyai dahlan memahamkan pada
diri kita semua, bahwa konsep tauhid salah satunya ialah tawakal dan Taqwa.
f.
Kelompok ke 7, surat Al-Ankabut ayat 1-3
Judul ayat ke 7 ini adalah iman
atau kepercayaan. Pembahasan ini tentang bagaimana keimanan kita pasti akan diuji
oleh Allah agar menjadi mukmin yang sebenarnya dan melakukan segala aktivitas
dengan hati yang hanya untuk mencari keridhoan Allah. Terakhir beliau
menjelaskan bahwa harus selalu menjaga iman dalam segala hal, inilah konsep
tauhid yang disampaikan Kh. Ahmad Dahlan untuk ayat ini.
g.
Kelompok ke 11, surat Ali Imran ayat 142
Beliau menekankan dalam ayat
ini bahwa harus selalu bersungguh-sungguh dalam bekerja dan berkeinginan agar
bisa berhasil dunia dan akhirat. Ini sebuah konsep tauhid yang memaknai bahwa
semua yang berkeinginan bahagia dunia akhirat pasti akan menjalani jalan terjal
dan hanya dengan rasa berjihad atau bersungguh-sungguh yakin kepada Allah akan
bisa melewati itulah yang harus ditanamkan dan harus di yakini.
h.
Kelompok ke 13, surat Ali Imran ayat 92
Ini sebuah konsep tauhid atau
iman yang penuh keyakinan, sebuah pernyataan yang membahas akan yakin lah pada
Allah atas apa yang telah kita lakukan dan perbuat. Beliau menekankan akan iman
terhadap Allah atas apa yang telah kita perbuat. Semua yang kita perbuat pasti
akan menumbuhkan rasa iman kita terlebih lagi membantu orang lain dengan penuh
keyakinan hanya pada Allah.
i.
Kelompok ke 14, surat Al-Qari’ah ayat 6-11
Konsep tauhid dalam ayat ini
seperti penjelasan terakhir beliau yaitu : “menurut
kyai Dahlan ialah perbandingan antara : karena Allah dan karena hawa nafsu.
Artinya apabila selama hidupnya terdapat lebih amal sholehnya karena Allah,
maka ia termasuk berat timbanganya (kebaikanya) yang akan hidup puas di surga.
Sebaliknya yang selama hidupnya banyak amal yang menuruti hawa nafsunya, maka
ia termasuk ringan timbanganya (sedikit kebaikanya) dan ia akan masuk Neraka”.
Demikian itu telaah konsep tauhid dari
isi buku ini. dengan mengetahui konsep tauhid ini diharapkan dapat memahami
bagaimana begitu teguhnya iman seorang KH. Ahmad Dahlan dalam menjalani
keberagamaan.
2.
Konsep Dakwah
Pengertian konsep dakwah ini
menandakan bahwa beliau mempunyai strategi dan cara dalam berdakwah dan ini
patut di contoh oleh seluruh umat islam khususnya warga Muhammadiyah.
Konsep dakwah dalam buku ini tertuang pada pelajaran dan kelompok
ayat ke :
a.
Pelajaran kedua
Kebanyakan diantara para manusia berwatak angkuh dan
takabbur, mereka mengambil keputusan sendiri-sendiri.
Penjelasan konsep dakwah dalam
pelajaran kedua ini dapat diamati oleh penjelasan KRH. Hadjid yaitu : “Kyai Dahlan heran, mengapa para pemimpin agama dan yang tidak beragama
itu selalu beranggapan mengambil keputusan sendiri-sendiri tanpa mengadakan
pertemuan antar mereka, tidak mau bertukar fikiran, memperbincangkan mana yang
benar dan mana yang salah? Hanya berdasar anggapan sendiri-sendiri saja, yang
dsepakatkan dengan istrinya, dengan muridnya, temaan-teman dan gurunya sendiri
saja. Tentu saja akan dibenarkan. Tetapi, marilah mengadakan permusyawaratan
dengan golongan lain diluar golongan masing-masing untuk membicarakan manakah
sesungguhnya yang benar itu dan manakah sesungguhnya yang salah itu.
b.
Pelajaran keenam
Kebanyakan pemimpin-pemimpin rakyat, belum berani
mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk berusaha tergolongnya umat manusia
dalam kebenaran. Malah pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan,
memperalat manusia yang bodoh-bodoh dan lemah.
Konsep dakwah di sini
menekankan perlunya ada rasa perjuangan yang tinggi terhadap umat, berusaha
untuk mengorbankan segala apa yang di punyai guna keberlangsungan umat yang
benar dan untuk kemakmuran umat. Inilah konsep dakwah yang bernama rela
berkorban demi tegaknya kalimatullah tidak karena yang lain.
c.
Pelajaran ketujuh
Pelajaran terbagi atas 2 bagian
:
-
Belajar ilmu (pengetahuan atau teori)
-
Belajar Amal (mengerjakan, mempraktekan)
Dari 2 teori belajar diatas beliau menggambarkan bahwa
dalam konsep berdakwah ada tahapan demi tahapan dan tingkatan demi tingkatan
agar umat akhirnya tidak langsung menjadi manusia tak utuh. Artinya sebuah
proses signifikansi komponen materi, metode, klasifikasi dan tingkatan dalam
berdakwah harus selalu diterapkan agar hasil dalam kualitas manusia yang
didakwahi bisa maksimal tanpa ada kebingungan arah dan batin.
d.
Kelompok ke 5, surat at-Taubah ayat 34-35
Keterangan : “kita sebagai muslim hendaknya berbudi
mulia, pemurah hati, dermawan, suka berbuat jasa, sabar hati
pengampun-penyayang, belas kasihan, pemberani, pembela jalan Allah, menjunjung
tinggi setinggi-tingginya kalimah Allah. Kita suka berkawan dan bekerja dengan
siapapun dengan batas-batas menurut ajaran Islam. Cinta perdamaian dan
persatuan dalam memegang kebenaran”.
Konsep dakwah disini ialah
dakwah sosial, artinya dalam rangka memakmurkan suatu masyarakat maka selalu
tertanam dalam hatinya bahwa ini adalah kewajiban terhadap manusia atas dasar
Allah bukan yang lain. Karena sejatinya dalam bersosial kita juga otomatis
wajib untuk berdakwah.
e.
Kelompok ke 8, surat al-Kahfi ayat 110
Keterangan : “berkata kyai Dahlan : sangat banyak orang
yang meninggalkan amal sholeh seperti yang tersebut dalam Al-Qur’an karena
mereka mementingkan beberapa kesenangan. Banyak juga umat Islam yang
menjalankan amal shaleh tetapi mereka mementingkan amal yang sunah, tidak
memperhatikan amal yang wajib. Seperti berjihad mengorbankan harta benda dan
jiwa dalam fisabilillah. Mestinya wajib didahulukan yang wajib dari pada yang
sunah. Dan juga orang beramal jihad tidak karena Allah. Amal Shaleh yang pokok
timbul dari iman yang haqiqi dan rasa beribadah kepada Allah. Maka disini masih
banyak diantara kita yang belum bangun jiwanya untuk mendapatkan hikmah ibadah
ikhlas kepada Allah (masih seperti orang tidur)
Konsep dakwah yang tertanam dalam kelompok
ke 8 ini adalah sebagaimana peringatan kyai dahlan : “menjadi kewajiban para ulama memberantas bid’ah dan wajib memberi
tuntunan ‘aqoid, ibadah, akhlaq, adab menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan umat
islam wajib menjaga diri dari pengaruh-pengaruh jahiliyah serta
pengaruh-pengaruh barat (falsafah yang tidak percaya kepada tuhan) dan dari
tingkah laku yang menyalahi/bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Marilah dengan bersungguh-sungguh berjihad kembali kepada Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
f.
Kelompok ke 9, surat Yunus ayat 108
Kyai Dahlan berkata : “aku mengerti barang yang haq dan barang
yang bathil seperti aku mengerti agama nasrani/kristen dan belajar agama
nasrani dan mengerti agaman nasrani. Tetapi apabila aku tidak mengerjakan agama
Nasrani, aku bukan orang nasrani. Demikian juga aku mengerti cara-cara mencuri,
menipu, menindas, tetapi aku tidak menjalankan mencuri, menipu atau menindas,
maka aku bukan pencuri, penipu dan penindas. Demikian juga aku mengerti agama
Islam, mengerti amal shaleh, tetapi aku tidak mengerjakan agama Islam dan amal
shaleh itu, aku tetap bukan orang Islam dan tetap bukan orang shaleh”.
Konsep dakwah disini adalah
bahwa ketika kita sudah mengetahui dan meyakini tentang sebuah kebenaran, maka
ikuti, kerjakan dan amalkan apa yang telah anggap engkau benar. Dan disini
konteks mengarah kepada benarnya agama Islam sebagai sebuah kebenaran Tuhan.
g.
Kelompok ke 10, surat al-Baqarah ayat 214
Konsep dakwah disini adalah keharusan
memiliki keteguhan hati dan rasa istiqomah serta izzah yang tinggi dari
berbagai rintangan yang dihadapi dalam menyebarkan ajaran Islam atau dalam
berdakwah.
h.
Kelompok istimewa
Konsep dakwah disini adalah
keharusan memegang teguh agama Allah terhadap bujukan-bujukan dan rayuan para
musuh Allah. Sebagaimana tertuang dalam surat Al-kafirun ayat 1-6.
i.
Kelompok ke 15, surat Shaf ayat 2-3
Keterangan konsep berdakwah
disini adalah sebagaimana penjelasan dari KRH. Hadjid : “ kyai Dahlan terlebih dahulu mengakui kesalahan (menjadi ulama suu’),
lalu bertaubat meninggalkan bid’ah seperti talkin di kuburan, meninggalkan
membaca barjanji dengan memukul rebana, menolak hadiah-hadiah selamatan pada
bulan sya’ban, menolak pemberian zakat fitrah dan seterusnya, lalu menerangkan
kesalahan-kesalahanya. Kyai Dahlan mendahulukan beramal, mendirikan musholla,
madrasah dan mengadakan pengajian-pengajian, dakwah, membela dengan harta dan
jiwa untuk menegakan agama Islam. Kemudian setelah beramal terus memberi
keterangan-keterangan lisan tentang kewajiban kita kepada Islam”.
Konsep ini terkenal dengan nama
konsep Al-inshihab wal ‘audah yaitu
menarik diri dari lingkungan yang penuh syubhat dan jabatn-jabatan yang
menggiurkan, kemudian memfokuskan perhatianya kepada upaya berbenah diri untuk
mengevaluasi dan memperbaharui semua pemikiran dan konsepnya selama ini,
agarkemudian bisa kembali ke tengah masyarakat dan memulai proses ishlah atau menjalankan prinsip amar
ma’ruf nahi munkar.
Demikianlah konsep dakwah yang
tertuang dalam beberapa pelajaran dan kelompok ayat. Ini menunjukan betapa
cerdasnya kyai Dahlan dalam menjalankan misi dakwahnya, karena dalam berdakwah
pun harus mempunyai prinsip dan strategi yang telah digariskan dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah.
3.
Konsep Tazkiyatun Nafs
Pengertian
konsep ini adalah bagaimana seorang muslim setiap saat dan setiap waktu harus
selalu menjaga keadaan hati dan jiwanya agar bersih dari kotoran dan noda. Dan
kebersihan hati dan jiwa sangat berpengaruh pada kondisi kejiwaan dan aktivitas
yang dilakukan oleh seorang muslim dalam menjalani kehidupanya sebagai hamba
Allah.
Konsep Tazkiyatun Nafs ini
tertuang dalam pelajaran dan kelompok ayat ke :
a.
Pelajaran ketiga
“Manusia itu kalau mengerjakan pekerjaan apapun, sekali,
dua kali, berualang-ulang, maka kemudian jadi biasa. Kalau sudah menjadi
kesenangan yang dicintai, maka kebiasaan yang dicintai itu sukar untuk dirubah.
Sudah menjadi tabiat, bahwa kebanyakan manusia membela adat kebiasaan yang
telah diterima, baik itu dari sudut keyakinan atau i’tiqad, perasaan kehendak
maupun amal perbuatan. Kalau ada yang akan merubah, mereka akan sanggup membela
dengan mengorbankan jiwa raga. Demikian itu adalah karena anggapanya bahwa apa
yang dimilki adalah benar”.
Kyai Dahlan memberi peringatan
kita semua akan bahaya tabiat. Iya kalau tabiat yang baik tapi kalau tabiat
yang jelek maka perlu yang namanya pembersihan jiwa. Dan konsep tazkiyatun nafs
yang terkandung dalam seluruh penjelasan pada pelajaran pertama ini adalah “selalu
memikirkan dan menyadari apa realita sekitar dan apa yang telah diperbuat baik
diri sendiri maupun orang lain”.
b.
Pelajaran kelima
Keterangan ini bisa dilihat
dalam senandung Syair kyai Dahlan : “Dalam
agamaku terang benderang bagi orang yang mendapatkan petunjuk, tetapi hawa
nafsu (menuruti kesenangan merajalela dimana-mana. Kemudian menyebabkan akal
manusia menjadi buta”.
Konsep tazkiyatun nafs yang
terkandung adalah menjaga hawa nafsu agar senantiasa menjadi nafsul muthmainnah
atau nafsu yang condong dan selalu mengarah kepada kebaikan dan ketenangan
batin dan jiwa.
c.
Kelompok ke 2, surat al-Fajr ayat 12-23
Keterangan dari kyai Dahlan : “apakah engkau berani membuang kebiasaan
mencintai harta benda?beranikah engkau menjalankan agama Islam dengan
sesungguh-sesungguhnya, dengan menyerahkan harta bendamu, dirimu, dibawah
perintah Allah?beranikah engkau mengorbankan harta bendamu kepada jalan
Allah?apakah kamu tidak akan takut akan siksa Allah dihari Kiamat? Apakah engaku
tidak fikirkan akibat yang menimpa pada dirimu?”.
Konsep tazkiyatun nafs di sini
adalaah dalam menjalankan agama harus ada rasa khauf, raja dan Mahabbah kepada
Allah dan itu merupakan penyadaraan diri pada aspek jiwa setiap orang muslim.
d.
Kelompok ke 6, surat al-Ashri ayat 1-3
Dalam ayat ini kyai Dahlan
menjelaskan tentang makna sebuah waktu. Dan waktu terkait erat dengan aktivitas
manusia, sehingga penyadaran di sini adalah bagaimana waktu yang telah kita
habiskan selama aktivitas kehidupan kita apakah sudah dilandasi oleh semangat lillahi ta’ala atau malah waktu terbuang
percuma untuk aktivitas tak berguna.
Adapun penjelasan dari Kyai
Hadjid : “semua yang kita kerjakan pada
masa sekarang ini pasti akan memetik buahnya pada masa yang akan datang. Kita
sekarang diberi waktu oleh Tuhan (waktu yang sangat banyak dan mahal harganya).
Kita sekarang masih hidup, hendaklah dapat mempergunakanwaktu hidup ini untuk
mencari kenikmatan yang sebesar-besarnya, yang melebihi dari kenikmatan yang
ada paa binatang, sebab kita manusia mempunyai akal, demikian hendaklah kita
mencari kenikmatan yang tidak terbatas yang kekal selama-lamanya yang tidak
seperti kenikmatan yang ada pada binatang yang hanya sementara waktu yang
sangat terbatas, sebab kita manusia mempunyai ruh yang sangat mulia lagi luhur,
tidak seperti binatang”.
Konsep tazkiyatun nafs disini
adalah menyadari sebuah waktu yang telah dihabiskan karena manusia masih
mempunyai waktu abadi kelak yakni Akhirat.
e.
Kelompok ke 12, surat al-An’am ayat 162-163
Memahami dua pertanyaan dari
kyai Dahlan :
-
Apaakah saudara-saudara sudah mengerti benar tentang arti Islam dan apakah
arti Islam yang sebenar-benarnya?
-
Apakah saudar-saudara ini senang dan berani menjalankan Islam dengan
sesungguhnya?
Konsep
tazkiyatun nafs disini adalah bagaimana rasa beragama kita apakah jiwa kita
sudah tertambat pada ajaran Islam ini sehingga dapat menjalankan agama dengan
jiwa yang bersih tidak terkotori oleh noda jiwa.
f.
Kelompok ke 16, surat at-Tahrim ayat 6
Penjelasan : maka sesungguhnya kebanyakan manusia itu sering lupa akan dirinya
sendiri (tidak menjaga diri) dari siksa neraka. Apa sebabnya? Karena mereka
terpengaruh kesenangan duniawi dan sangat lupa akan keadaan hari akhir.
Konsep tazkiyatun nafs : “Menyadari
akan pentingnya menjaga diri dan keluarga dari segala bentuk kemaksiatan dan
selalu bertafakur akan keadaan dunia yang hanya sementara”.
g.
Kelompok ke 17, surat al-Hadid ayat
16
Penjelasan : “apakah belum waktunya?apa yang kita tunggu
lagi? Lekaslah ingat kepada Allah, khusuk dengan sesungguh-sungguhnya dan
kembalilah menjalankan islam seperti zaman Rasulullah dan para
sahabat-saahabatnya sewaktu ada di makkah dan di madinah. Pikirkanlah dengan
sungguh-sungguh bahwa proklamasi kemerdekaan tidak cukup dengan kata merdeka, merdeka.
Akan tetapi seterusnya mengikuti perjuangan, pembelaan, pengorbanan sampai
penderitaan. Tidak cukup diucapkan di atas menara azan. Ilham kalau tidak
cepat-cepat diikuti dengan perjuangan berjihad pembelaan dan pengorbanan”.
Konsep tazkiyatun nafs yang
tertuang dalam kelompok terakhir ini adalah mari selalu bermuhasabah tentang
keadaan kita sebagai hamba Allah yang mempunyai kewajiban menyebarkan agama
Allah dan selanjutnya mari bersama-sama membangun aksi untuk kesejahteraan umat
manusia.
Demikian pemaparan dari konsep Tazkiyatun Nafs yang
terdapat di buku ini, hal yang sudah semestinya bagi setiap orang muslim adalah
senantiasa membersihkan jiwa dari segala penyakit hati yang menyerang, agar
dalam menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi sesuai dengan apa yang
digariskan oleh Allah dan dilandasi dengan jiwa yang bersih.
C.
Genealogi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan
Dalam buku ini setidaknya ada
beberapa tokoh ulama yang tercatum namanya, beiau yang tertulis disini tidak
lain merupakan genealogi pemikiran kyai Dahlan. Diantara tokoh yang tertulis di
buku ini adalah :
1.
Ibnu Taimiyah
Kyai Dahlan
terinspirasi pemikiran Ibnu taimiyah dari ranah pemberantasan bid’ah. Ibnu
taimiyah memang terkenal sebagai ulama yang sangat ketat dalam memahami bid’ah
dan kyai dahlan terbentuk pemikiran ibnu taimiyah dari bukunya yang berjudul Kitab-kitab fil bid’ah dan at-Taushihu wal Washilah
2.
Ibnul Qoyyim
Kyai Dahlan juga berpedoman tentang bid’ah dari buku
ibnul Qoyyim yang berjudul Zaadul Ma’aad.
3.
Imam Syatibi
Kyai Dahlan juga berpedoman tentang bid’ah dari buku al-I’tikhom karangan Imam Syatibi
4.
Imam al-Ghazali
Dalam hal tasawuf kyai dahlan merujuk kepada hujjatul
Islam Imam al-Ghazali dan ini berarti dalam konsep takiyatun nafs kyai Dahlan
mengikuti cara atau konsep Imam al-Ghazali
5.
Rasyid Ridha
Tertulis dalam buku ini bahwa kyai Dahlan dalam
mempelajari tafsir merujuk pada pemikiran Rasyid Ridha yang tertuang dalam
tafsir al-Manar
6.
Jamaluddin al-Afghani
Kyai Dahlan dalam tafsir dan konsep tauhi merujuk pada
kitab urwatul wutsqa karangan Jamaludin al-Afghani.
7.
Muhammad Abduh
Telaah materi tauhid dan materi tafsir kyai Dahlan juga
merujuk pada kitab Risalatut Tauhid,
al-Islam wan Nashraniyah dan tafsir Juz ‘amma
8.
Muhammad Abdul Wahhab
Walaupun tidak diterangkan lebih lanjut namun dalam kitab
risalah tauhid karangan Muhammad Abduh tersebutkan nama Muhammad Abdul Wahhab
yang mengindikasikan pemikiran kyai Dahlan juga terpengaruh beliau terutama
dalam konsep Tauhid
9.
Madzhab Syafi’i
Kyai Dahlan dalam Ilmu fiqh juga menggunakan karangan
dari madzhab Syafi’i jadi beliau dalam ilmu fiqh merujuk pada madzhab Syafi’i.
10. Madzhab Hanbali
Kyai Dahlan dalam mempelajari hadits terpengaruh oleh
karagan para pengikut Madzhab Hanbali seperti yang terebut dalam buku ini.
Demikian itu beberapa genealogi
pemikiran kyai Dahlan dalam berbagai ranah keilmuan. Disini yang perlu digaris
bawahi adalah bahwa kyai Dahlan bukan merupakan sosok ulama yang saklek atau
ulama yang fanatis terhadap madzhab ataupun lainya, terbukti dari pernyataan
beliau tentang 3 alasan sebab manusia dalam kesesatan (hal 109-110) dalam poin
ketiga beserta penjelasanya :
“Jarang sekali orang mencari ilmu/dalil-dalil, mencari
mana yang benar unuk dipegang dan dikerjakan dengan penjelasan : “ hendaklah
orang-orang Islam suka menerima ilmu-ilmu dari siapapun juga”.
Itu salah satu kebijaksanaan kyai Dahlan dalam memandang
orang yang menuntut ilmu. Kyai Dahlan adalah ulama yang mempunyai Adab yang
tinggi, bukan fanatis yang tinggi.
D.
Kesimpulan
Setelah memahami pemikiran kyai
Dahaln dalam buku ini maka poin yang penting yang harus disadari adalah bahwa
dalam beragama dan kehidupan memang tidak boleh tidak, harus mempunyai landasan
yang telah digariskan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan di buku ini kyai Dahlan
sudah memberi contoh bagaimana menjalankan kehidupan harus dilandasi dua
landasan pokok tadi itu, semua yang tertulis dalam masing-masing pelajaran dan
penjelasan selalu dilandasi oleh nilai al-Qur’an dan as-Sunnah.
Kyai Dahlan tidak main-main
dalam buku ini, kalau kita fahami lebih dalam sebenarnya banyak sekali
terkandung konsep-konsep selain dari tauhid, dakwah dan tazkiyatun nafs dalam
buku ini. Yang nantinya akan menjadi landasan bagi warga Muhammadiyah khusunya
dalam menjalankan dan menyiarkan agama Islam lewat Muhammadiyah.
Satu kritikan nyleneh dari
saya, kenapa kok kyai Dahlan tidak menulis banyak buku dahulu kala? Maap itu
hanya pertanyaan yang mungkin saya mengira kyai Dahlan dulu memang lebih suka
mewujudkan gagasan pokok pikiranya melalui tidakan nyata dari pada melalui
pembicaraan dan tulisan.
Terakhir pesan kyai Dahlan yang
terdapat di akhir kata buku ini : “ maut
adalah suatu bahaya yang besar, tetapi lupa kepada maut adalah bahaya yang
lebih besar. Maka bersiap-siaplah menhadapi maut dengan menyelesaikan urusanmu
dengan Allah dan urusan-urusanmu dengan manusia”.
“Akhir kata dari penulis makalah : Wallahu a’lam bi as-showwab”
oleh : Immawan Sulistyono Saladin Albani (Pai UMY 2010)