Dalam riwayat seorang anak manusia, tidak akan terlepas dari adanya kerikil-kerikil yang mengganjal lajunya roda kehidupan. Roda kehidupan tidak akan berputar mulus layaknya koin yang melaju diatas sebidang kaca...................
Dalam
riwayat seorang anak manusia, tidak akan terlepas dari adanya kerikil-kerikil
yang mengganjal lajunya roda kehidupan. Roda kehidupan tidak akan berputar
mulus layaknya koin yang melaju diatas sebidang kaca. Roda kehidupan manusia
terkadang menghadapi bidang yang terjal dan berliku. Serta terkadang pula
berhenti sejenak karena terhalang batu yang besar. Maka, pada saat itulah anak
manusia membutuhkan bisikan kecil untuk membantunya terlepas dari jebakan liku
alur roda.
Sebuah
bisikan kecil yang memberi pengaruh besar pada laju roda itulah yang setiap
anak manusia cari. Bisikan yang tidak hanya terdengar sepintas dalam
pendengaran, namun bisikan yang mampu memberi sebuah perubahan. Bisikan yang
memberikan secercah harapan akan datangnya sebuah senyuman di ujung pandangan.
Serta bisikan yang menghantarkan anak manusia terlepas dari jebakan batu besar
yang melintang.
Maka,
Pernahkah kita merasa putus asa saat mengarungi jalan yang berliku? Jalan yang
entah membawa kita kemana? Menuju sebuah cahaya terangkah atau malah
memercikkan sebuah kegelapan didepan mata? Kemanakah kaki kita akan kita
langkahkan?
Pada
saat itulah hati akan memberi secercah cahaya kecil yang menuntun kita mencari
jalan manakah yang dapat membebaskan kita dari batu besar yang melintang.
Bisikan hati kan terdengan lantang saat kita memberi kesempatan untuk ia
berceloteh. Bisikannya tidak akan terdengar sama sekali, jika kita bersemayam
dalam kegaduhan dan kegundahan. Maka, jika kita ingin mendengar bisikannya,
jauhkanlah kegundahan dan kegaduhan dari sekeliling kita, dan mulailah pejamkan
mata.
Mata
terpejam bukan untuk berhayal, namun memejamkan mata untuk memulai bercengkrama
dengan hati. Bercengkrama tentang jalan yang berliku, bercengkrama tentang batu
besar yang menghadang, serta bercengkrama tentang jalan yang terjal. Maka, Saat
itulah hati mulai berucap, bahwa liku jalan itu bukan sebuah penghalang besar
dan berat untuk dilalui. Bahwa batu besar adalah sebuah penghantar kita menuju
alur yang berbeda. Alur yang membawa jiwa dan raga menuju sebuah kedewasaan.
Tak
memungkiri jua, bahwa timbulnya batu besar yang datang dihadapan kita adalah
buah dari perbuatan kita pula. Tanpa kita sadari, apa yang kita lakukan berbuah
pembelengguan pada jiwa kita sendiri. Maka, jika hati mulai berinteraksi, ia
mampu memberi kita secercah cahaya mungil yang dapat menghantarkan kita
menggapai cahaya yang berkilau diujung jalan nanti. Tanpa dirasa pula, ucapan
hati membawa kesejukan serta keharuan hingga meneteskan linangan air mata
kesadaran.
“Maka Izinkan Hati untuk Terus Berucap”
“Izinkan Ia untuk Terus Bercakap”
“Izinkan Ia untuk Terus Terjaga Saat Diri Kita Terlelap”
“Izinkan Ia Terus Berdiri Tegap”
“Izinkan Ia Menjadi Penerang Saat Kita Merasa Gelap”
Dari: Hati yang mulai berbisik
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar anda. Bebas, tapi dilarang yang mengandung SARA.
Fastabiqul Khoirot